REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak yang bisa diteladani dari almarhum KH Sahal Mahfudz. Ia adalah sosok orang paling sederhana.
"Ke mana pergi kerap mengenakan kain sarung," kata mantan menteri agama, Muhammad Maftuh Basyuni, Jumat (24/1).
Maftuh memang banyak menyimpan kenangan dengan KH Sahal Mahfudz. Sayangnya ia tidak mau menjelaskan lebih jauh. "Dari sisi keluarga, KH Mahfurdz dipanggil dengan sebutan 'pak le'," ujarnya.
Kiai Sahal meninggal dunia, Jumat (24/1) dinihari pukul 01.05 WIB. Kiai yang akrab disapa Mbah Sahal itu menghembuskan nafas terakhir di kediamannya, kompleks pesantren Mathali'ul Falah, Kajen, Pati, Jawa Tengah.
Maftuh memgaku kecewa tidak dapat menghadiri acara pemakaman KH Sahal Mahfudz. Pasalnya, cuca buruk dalam pekan ini menyulitkan dirinya untuk datang. Sepekan terakhir ini hujan terus menerus tak henti berlangsung di berbagai wilayah Indonesia.
"Jalan di Kudus juga putus," kata Maftuh yang berniat datang ke lokasi pemakaman.
Rencananya, jenazah kiai kharismatik ini dimakamkan di Kompleks Pesantren Mathali'ul Falah pada Jumat pagi, pukul 9.00 WIB. Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu lahir di Pati, 17 Desember 1937 silam.
Sejak tahun 1963, Kiai Sahal memimpin Pondok Pesantren Maslakul Huda di Kajen Margoyoso, Pati, Jateng peninggalan ayahnya, KH Mahfudz Salam.
Kiai kharismatik yang disegani di dalam dan di luar negeri ini telah menghasilkan puluhan ribu alumni. Karena kealimannya, Kiai Sahal selalu dilibatkan dalam proses penetapan hukum Islam baik soal klasik maupun kontemporer.
Kiai Sahal Mahfudz yang juga Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) lahir di Pati, 17 Desember 1937. Sejak 1963, Kiai Sahal memimpin Pondok Pesantren Maslakul Huda di Kajen Margoyoso, Pati, Jateng, yang merupakan peninggalan ayahnya, KH Mahfudz Salam.