REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali melakukan pemeriksaan terhadap tersangka kasus dugaan penerimaan hadiah atau janji terkait proyek Hambalang dan atau proyek-proyek lainnya, Anas Urbaningrum pada hari ini.
Anas berkomentar soal somasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), salah satunya kepada loyalis Anas, Sri Mulyono.
"Saya pernah tahu pak Sri Mulyono disomasi, tapi saya kira tidak ada urgensinya lah somasi itu," kata Anas Urbaningrum sebelum menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Rabu (29/1).
Anas menambahkan tidak mengetahui dengan detail terkait somasi yang dilayangkan kepada salah satu pendukungnya itu. Ia hanya sekedar mengetahui saja, Sri Mulyono disomasi oleh Presiden SBY.
Namun menurutnya tidak ada urgensinya somasi tersebut, apalagi somasi itu dilayangkan seorang presiden kepada rakyatnya. "Masak rakyat disomasi pemimpinnya," sindir mantan Ketua Umum Partai Demokrat ini.
Senada dikatakan kuasa hukum Anas, Firman Wijaya. Kepadanya, Anas kerap mempertanyakan somasi yang dilakukan Presiden SBY kepada rakyatnya. Menurutnya aspek proporsionalitas somasi itu harus tetap dilihat.
Saat ditanya apakah Anas berpandangan somasi SBY ini sangat berlebihan, Firman Wijaya mengiyakannya. "Kira-kira seperti itu (berlebihan) pandangannya.Itu kan konsekuensi setiap orang berhadapan dengan tuntutan walaupun aspek proporsionalitasnya harus dilihat, masa' penguasa mensomasi rakyatnya, itu yang selalu ditanyakannya (Anas)," jelas Firman.
Sebelumnya tim kuasa hukum Presiden SBY, Palmer Situmorang mengatakan akan somasi sejumlah pihak yang diduga mencemarkan nama Ketua Umum DPP Partai Demokrat itu.
Selain anggota DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah, somasi juga dilayangkan ke loyalis Anas, Sri Mulyono yang membuat tulisan 'Anas; Kejarlah Daku Kau Kutangkap'.