REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Penghuni asli Batam Kepulauan Riau, Suku Utan yang tinggal di Dusun Sungai Sadap, Kelurahan Rempang Cate, Kecamatan Galang, semakin tersisih dari keramaian kota dan jumlah penghuninya pun terus berkurang.
"Mungkin sekarang hanya tinggal delapan KK. Terakhir saya ke sana, jumlahnya terus semakin sedikit," kata keturunan Suku Utan yang kini menetap di kota, Muslim Bidin di Batam, Ahad.
Sebenarnya, kata Muslim, pemerintah kota sudah memberikan perhatian yang cukup. Namun, Suku Utan sendiri yang memilih tetap hidup di dalam perasingan.
Selain karena memutuskan untuk bermigrasi ke pulau lain atau ke kota, populasi Suku Utan yang tinggal di pesisir berkurang karena banyak yang meninggal.
Menurut Muslim yang kini menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam, Suku Utan kini didiami para tetua yang menolak untuk hijrah. Hanya sedikit di antaranya yang anak muda.
Masih seperti dahulu, orang Suku Utan Batam tinggal di bawah pohon-pohon besar dengan bangunan seadanya yang terbuat dari triplek dan kayu.
Berbeda dari Suku Laut yang tinggal berpindah-pindah, Muslim mengatakan mata pencarian Suku Utan adalah bercocok tanam.
"Meski kadang ada juga yang melaut. Tengok-tengok cuaca lah. Tapi banyak yang menanam," kata anak mantan penghulu di Pulau Rempang.
Terpisah, keturunan Suku Utan, Madon (70) yang kini tinggal di Pulau Labu mengatakan Suku Utan kini makin tersisih.
"Bagaimana tidak, tempat tinggalnya jauh dan susah dijangkau," kata Madon yang meninggalkan Suku Utan setelah ditinggal istrinya meninggal bertahun-tahun yang lalu.
Madon mengatakan masih memiliki beberapa orang kerabat yang tinggal di tengah-tengah Suku Utan. "Masih ada Pak Long saya di sana. Dia tak mau pindah. Jumlah yang tinggal di sana bukannya banyak," kata dia.