REPUBLIKA.CO.ID, -- Sepak terjang Lembaga Amil Zakat (LAZ) membantu korban bencana alam di Tanah Air patut mendapat apresiasi. Bahkan, sejumlah lembaga tersebut tampil sebagai garda terdepan menolong korban hingga ke pelosok daerah.
“LAZ memainkan peran luar biasa,” kata Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) Agung Laksono kepada wartawan Republika, Erdy Nasrul, Sabtu (25/1). Berikut petikan wawancaranya dengan sosok kelahiran Semarang, 23 Maret 1949 itu:
Menurut Anda, bagaimana peran LAZ terkait penanggulangan bencana?
Saya melihat, LAZ memainkan peranan yang luar biasa. Kekuatan mereka mampu masuk ke pelosok-pelosok untuk memberdayakan masyarakat.
Di saat bencana alam datang, mereka hadir membantu masyarakat setempat. Aksi mereka sungguh sangat membantu kinerja pemerintah daerah dan pusat yang belakangan ini fokus menanggulangi bencana.
Bayangkan, daerah-daerah tempat masyarakat tinggal digerus air. Belum lagi sawah-sawah yang baru saja ditanami, seperti di Cirebon dan Indramayu, Jawa Barat.
Petani di sana sudah maksimal menanam padi, namun kemudian tanaman mereka hancur karena banjir. Tentu, mereka mengalami kerugian besar.
Di saat seperti itu, LAZ hadir memberikan semangat. Masyarakat tidak mengalami trauma karena aksi mereka yang membantu masyarakat korban banjir.
Relawan mereka ada yang menghibur anak-anak dengan permainan dan perlombaan. Ada juga yang bercerita. Anak-anak di saat terjadi bencana akhirnya dapat dikondisikan.
Sejauh mana eksistensi LAZ tersebut?
Mereka ini kekuatan civil society yang patut dihargai. Tokoh-tokoh masyarakat mampu mereka rangkul dengan baik. Ini karena LAZ membawa kekuatan dakwah.
Ini pastinya membawa semangat rahmatan lil 'alamin. Cara pandang LAZ yang mampu merangkul semua pihak membuat mereka diterima masyarakat berbagai kalangan.
Kader LAZ yang turun ke lapangan bersikap ramah. Mereka mampu berkomunikasi dengan masyarakat. Mereka kemudian diterima untuk hadir memberikan bantuan.
Yang mereka sampaikan berupa bantuan adalah amanah dari donatur. Pesan-pesan yang mereka bawa adalah keagamaan yang tentu saja mengandung banyak kebaikan.
Bagaimana dengan peran pemda setempat?
Nah, ini yang menjadi catatan tersendiri. LAZ mampu hadir di setiap lokasi bencana. Mereka ada di Sinabung, Indramayu, Subang, Cirebon, Manado, dan berbagai daerah yang belakangan ini dilanda bencana. Saya berterima kasih banyak kepada mereka.
Kehadiran mereka mampu menggantikan keabsenan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang di sejumlah kabupaten kota belum ada. Sinabung, misalkan, belum memiliki BPBD.
Begitu juga Cirebon dan Indramayu. Ada seratusan pemda tingkat II belum memiliki BPBD. Ini mengakibatkan penanggulangan bencana tidak maksimal.
Kepala daerah beralasan pembentukan BPBD adalah pemborosan. Lebih baik dialokasikan untuk hal lain. Ini tidak bagus. BPBD harus ada, baik ketika ada maupun tidak ada bencana. Merekalah yang melatih masyarakat menghadapi bencana.
Harapan saya ke depan, LAZ nantinya dapat bersinergi dengan BPBD dalam menanggulangi bencana. LAZ dapat memanfaatkan infrastruktur yang ada.
Bagaimana caranya bersinergi?
Tim penanggulangan bencana kan ada Tagana, ada juga unsur musyawarah pimpinan daerah atau Muspida. Mereka adalah kepala wilayah, baik dari pemda, TNI, maupun Polri.
Saat ini, TNI sangat berperan aktif menanggulangi bencana. LAZ juga begitu. Silakan LAZ berkoordinasi dengan mereka di lapangan. Ada informasi apa pun di lapangan dapat disampaikan kepada mereka untuk ditindaklanjuti.