Rabu 05 Feb 2014 16:50 WIB

Pemerintah Cina Disamakan dengan Hitler

Kapal Cina berpatroli di Laut Cina Selatan
Foto: chinasmack.com
Kapal Cina berpatroli di Laut Cina Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Filipina, Benigno Aquino, membandingkan upaya kuat Cina mengklaim wilayah sengketa, seperti Laut Cina Selatan, dengan upaya para anggota Nazi Jerman. Hal itu, katanya, mendorong para pemimpin dunia untuk tidak membuat kesalahan yang sama, demikian dilaporkan oleh New York Times pada Rabu (5/2).

Filipina menuduh pemerintah Cina semakin agresif selama beberapa tahun terakhir dalam mengintai dan mengeklaim hampir semua wilayah Laut Cina Selatan. Presiden Aquino pun telah menyatakan bahwa negaranya tidak bisa sendirian menghadapi Cina yang ingin berkuasa.

"Pada titik mana anda mengatakan: 'Sudah cukup'. Saya rasa, dunia harus mengatakan itu. Kita harus ingat bahwa Sudetenland diberikan (kepada Jerman) dalam upaya menenangkan Hitler untuk mencegah Perang Dunia II," kata Aquino dalam sebuah wawancara di Manila pada Selasa (4/2), seperti dikutip dari New York Times dan AFP.

Aquino berupaya memperingatkan para pemimpin dunia tentang ambisi pemerintah Cina, dengan mengacu pada kegagalan negara-negara Barat untuk mendukung Cekoslowakia menghadapi Adolf Hitler yang memimpin Nazi Jerman. Dukungan itu diberikan untuk menduduki bagian barat negara Eropa pada 1938, menjelang Perang Dunia II.

Pernyataan Presiden Aquino itu disampaikan kurang dari dua minggu setelah Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menambah ketegangan antara Jepang dan Cina, terkait sengketa Laut Cina Timur, dengan membandingkan perang Sino-Jepang dengan Perang Dunia I.

Jepang dan Cina memang telah lama berselisih mengenai kepemilikan pulau di Laut Cina Timur yang menjadi sengketa. Perselisihan itu diwarnai dengan konfrontasi paramiliter umum, seperti pengintaian dengan menggunakan kapal angkatan laut dan pesawat.

Cina juga mengeklaim hampir semua wilayah Laut Cina Selatan, salah satu perairan dunia yang paling strategis karena merupakan pusat bagi jalur pelayaran penting. Wilayah itu diyakini memiliki kekayaan gas alam dan minyak yang sangat menguntungkan.

Namun, tidak hanya Cina, beberapa negara lain, seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Taiwan, juga mengklaim beberapa wilayah perairan itu. Cina terus meningkatkan kehadiran militer dan penjaga pantai di wilayah Laut Cina Timur dan Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun terakhir untuk menegaskan klaimnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement