REPUBLIKA.CO.ID, KAB.BOGOR—Perajin sepatu skala rumahan di Kabupaten Bogor mengaku lelah dengan berbagai program pemerintah yang dianggap setengah hati menyokong industri yang menjadi hajat hidup ribuan rumah tangga di wilayah tersebut.
Pengurus Persatuan Perajin Sepatu Ciomas (PPSC) M. Irvan Rifa’i mengatakan beberapa program, seperti pelatihan kepara perajin sepati, seolah membuang dana percuma, karena hanya sesekali waktu, dan tidak pernah ditindaklanjuti dengan pendampingan.
Irvan juga menganggap pemerintah, khususnya Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Bogor, tidak bisa membantu pemasaran produk para perajin.
Akhirnya, para perajin menempuh jalan masing-masing untuk memperjuangkan barangnya. Sebagai dampaknya, daya tawar para perajin di hadapan pasar sangat rendah, serta memicu persaingan yang tidak sehat di kalangan perajin sendiri.
“Saya trauma sama program-program pemerintah. Mereka hanya janji-janji saja, tapi buktinya tidak ada,” tutur Irvan, ketika dijumpai Republika, di kediamannya di daerah Ciomas, Ahad (9/2).
Menurut Irvan, lemahnya dukungan pemerintah telah menyebabkan para perajin sepatu di Ciomas, umumnya di Kabupaten Bogor, kerap mengalami kebuntuan. Meskipun produk sepatu buatan Ciomas sudah dikenal luas dan diminati pasar, tapi kehidupan para perajinnya tidak beranjak dari status ‘pas-pasan’.