REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Pengrajin Bengkulu mengembangkan sepatu berbahan kulit kayu lantung. Peningkatan permintaan terhadap produk tersebut pun terus meningkat di pasar dalam negeri, bahkan mancanegara.
"Kami mengembangkan produk sepatu karena cukup diminati dan menjadi produk terlaris saat pameran di Hanoi, Vietnam belum lama ini," kata Tentrem Sriminarsih, perajin produk kulit kayu lantung di Bengkulu, Jumat (5/2).
Dalam pameran kerajinan berbahan kayu yang digelar akhir 2015 lalu itu, ia juga mengikutkan produk lainnya seperti topi, tas jinjing dan tas ransel berbahan kulit lantung. Tentrem mengatakan dari sejumlah produk yang dibawa, sepatu untuk pria yang paling laris. "Mereka suka modelnya dan bahannya juga unik, jadi paling laku itu sepatu untuk pria," ucapnya.
Tentrem mengatakan akan terus melakuan inovasi terhadap produk berbahan kulit lantung. Pihaknya memang lebih menyasar pasar luar negeri. Sebelumnya Ketua Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia Provinsi Bengkulu, Trisna Anggraeni mengatakan bahwa produk berbahan kulit kayu lantung dan kain besurek kini menjadi kerajinan andalan Bengkulu. "Kulit lantung dan kain besurek sudah dipadukan dalam satu produk dan cukup kompetitif sebagai produk ekspor," ujarnya.
Menurutnya, kulit kayu lantung yang dijadikan berbagai produk ramah lingkungan sangat mudah diterima, termasuk pasar internasional. Demikian juga produk kain besurek yang sudah dikembangkan pewarnaannya menggunakan herbal atau pewarna alami semakin diminati.
Di pusat penjualan kerajinan dan makanan khas Bengkulu di Kelurahan Anggut Kota Bengkulu juga menjadikan dua komoditas tersebut sebagai andalan. Kulit kayu lantung berasal dari pohon lantung (Artocarpus altilis), sejenis pohon bergetah yang merupakan salah satu pohon endemik yang ada di hutan kawasan selatan Sumatra, termasuk Bengkulu.