REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rusia dan Amerika Serikat tidak selalu berseberangan sikap, meskipun beberapa kali berbeda pandangan di forum internasional, kata Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin.
"Memang saat ini hubungan antara Rusia dan AS sedang berada dalam masa sulit, tetapi kami memiliki beberapa pandangan yang sama dengan AS," kata Dubes Galuzin dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (10/2).
Kesamaan pandangan itu misalnya dalam hal penangkalan terorisme dan pencegahan kepemilikan pemusnah massal, kata Galuzin, yang telah dibuktikan lewat sikap AS dan Rusia soal isu Suriah dan Iran.
"Jangan lupa juga bahwa Rusia bersama AS merupakan negara yang menggagas program non-proliferasi senjata pemusnah massal dalam konflik Suriah," katanya.
Namun, Galuzin mengakui bahwa dalam beberapa isu negaranya memiliki perbedaan sikap dengan AS, seperti soal konflik internal di Ukraina dan isu penyadapan yang dilakukan Amerika Serikat. "Kebijakan luar negeri kami berpegang teguh terhadap prinsip-prinsip untuk tidak saling mengintervensi kepentingan dalam negeri suatu negara," tegasnya.
Dalam wawancara kepada Radio Voice of Rusia pada akhir Desember lalu, Wakil Menlu Rusia Sergei Ryabkov, bahkan menyebut hubungan AS dan Rusia tidak mendapat kemajuan yang berarti selama tahun 2013.
Meskipun ada kemajuan terkait isu Suriah dan Iran, secara umum hubungan AS dan Rusia tidak dapat dikatakan positif, malah cenderung stagnan selama tahun lalu. Hubungan kedua negara yang terlibat "perang dingin" pada Era Soviet itu memuncak ketika buronan AS, Edward Snowden, diketahui berada di Rusia sebelum akhirnya mendapatkan suaka sementara dari pemerintah Rusia.