REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Banyak rumah sakit umum (RSU) di Australia yang tidak berhasil memenuhi target memperpendek masa tunggu di ruang gawat darurat ICU. Termasuk permasalahan daftar tunggu operasi yang tidak mendesak.
Demikian dikemukakan Ikatan Dokter Australia (AMA) dalam Public Hospital Report Card yang dirilis Jumat (14/2). Laporan ini dimaksudkan untuk menilai kinerja rumah sakit umum.
Ketua AMA Dr Steve Hambleton mengatakan, laporan itu menunjukkan, banyak RSU yang kewalahan dan tidak banyak RSU yang memenuhi target yang ditetapkan bagi masa tunggu departemen darurat dan operasi yang tidak mendesak.
"Laporan itu menunjukkan perbaikan minimal dalam kinerja RSU terhadap target yang ditetapkan pemerintah," katanya.
Didapati, hanya Australia Barat yang memenuhi target akses departemen darurat, sedangkan New South Wales, Victoria dan Wilayah Utara bahkan tidak memenuhi garis minimal target.
Dr Hambleton mengatakan, kegagalan dalam masa tunggu departemen darurat RSU adalah karena rumah-rumah sakit tidak mampu menangani jumlah pasien yang masuk untuk mendapat perawatan.
"Kami mengalami kesulitan di departemen darurat karena banyaknya pasien yang masuk, dan kami kesulitan menerima mereka, seringkali karena kekurangan tempat tidur," katanya.
Kata Dr Hambleton, laporan itu menunjukkan bahwa Pemerintah - yang mengalokasikan 64,6 milyar dolar setahun untuk kesehatan masyarakat - masih kurang berkomitmen pada pendanaan rumah sakit, sehingga menyulitkan rumah-rumah sakit umum untuk memberikan layanan yang memadai.
Dengan anggaran kesehatan meningkat diatas inflasi 4,5 persen, Dr Hambleton mengatakan, pemerintah perlu bekerjasama dengan sektor kesehatan untuk menangani ketidak-efisienan dan prioritas pendanaan.
Kendati prihatin tentang pendanaan dan masa tunggu, Dr Hambleton mengatakan, rumah-rumah sakit umum Australia masih merupakan tempat yang aman untuk mendapat perawatan.
"Kita bisa meyakinkan masyarakat, kalau mereka pergi ke rumah sakit umum, mereka akan mendapat perawatan yang sangat baik," katanya.