REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) meyakini inflasi pada akhir 2014 dapat ditekan menjadi 4,9 persen. Jika hal tersebut dapat dicapai, inflasi akan berada dalam kisaran target BI sebesar 4,5±1 persen.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, angka tersebut telah memperhitungkan kenaikan harga pangan, depresiasi nilai tukar rupiah, kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) dan harga elpiji. "Itu perkiraan kita 4,9 persen," ujar Perry.
Inflasi Januari 2014 sebesar 1,07 persen dinilai masih sesuai dengan pola historisnya. Sehingga belum mengganggu prospek pencapaian sasaran inflasi 2014.
Meski pun lebih tinggi dari Desember 2013, inflasi Januari tidak berbeda jauh dengan rata-rata pada 2008-2013. Perry mengatakan, jika faktor dampak kenaikan elpiji dikeluarkan, inflasi Januari sebetulnya hanya 0,9 persen.
Dampak dari kenaikan harga elpiji terhadap inflasi sebesar 0,17 persen. "Rata-rata historis 1,1 persen. Jadi inflasi Januari kalau kita keluarkan elpiji lebih rendah dari historisnya," ujarnya.
Perry mengatakan, inflasi pada Februari akan turun menjadi tak lebih dari 0,6 persen. Inflasi terendah akan terjadi April. Inflasi akan sedikit lebih tinggi pada Mei dan mencapai puncaknya pada Agustus karena Lebaran.