REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Dampak hujan abu vulkanik erupsi Gunung Kelud, Kadiri (Jatim) mulai dirasakan sebagian warga Kabupaten Boyolali. Gangguan kesehatan, seperti, batuk berdahak, hingga Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), dialami banyak orang.
Lima hari paska hujan abu vulkanik, angka penderita batuk dan ISPA terjadi peningkatan cukup drastis. Sebagian penderita gangguan kesehatan melakukan pemeriksaan ke mantri kesehatan, klinik kesehatan, Puskesmas, rumah saakit maupun dokter praktik. Namun, tak sedikit pula yang membiarkan kondisi kesehatannya.
Peningkatan jumlah pasien batuk berdahak dan gangguan ISPA terjadi di Poliklinik RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Pandanaran Kabupaten Boyolali. Kebanyakan pasien yang datang, mengalami keluhan gangguan pernapasan. Seperti, sesak nafas dan batuk. ''Angka pasien yang demikian mengalami peningkatan 25 hingga 50 orang bila dibanding hari-hari biasa,'' tutur petugas kesehatan, Selasa (18/2).
Biasanya, pasien RSUD Pandanaran hanya sekitar 25 hingga 50 orang. Sekarang ini, mengalami peningkatan hingga 200 orang setiap hari. ''Peningkatan jumlah pasien yang demikian, sudah dirasakan sejak hari Sabtu (15/2) lalu,'' kata petugas tadi.
Jumlah pasien setiap hari terus bertambah. Kemungkinan, nanti masih akan bertambah hingga 10 hari ke depan. Apalagi, kondisi cuaca buruk terjadi pada siang hari. Debu yang sudah mengering, bila diterjang angin kencang, atau jalan raya dilintas kendaraan bermotor, abu akan berterbangan. ''Jumlah pasien kami perkirakan masih terus bertambah,'' duga Megantara, dokter spesialis Paru Poliklinik RSUD Pandanaran Kabupaten Boyolali.
Pasien yang terkena gangguan pernapasan, kata Megantara, kebanyakan disebabkan tidak menggunakan masker atau pelindung hidung saat hujan abu. Kondisi ini, diperparah lagi dengan merata hujan abu di seluruh wilayah. Rata-rata pasien yang datang adalah Lansia (Lanjut Usia) dan anak-anak.