REPUBLIKA.CO.ID, BLITAR -- Meski status Gunung Kelud, Jawa Timur (Jatim), masih 'awas', namun warga radius bahaya Gunung Kelud memilih tetap bertahan di rumah dan enggan mengungsi.
Warga Desa Sumberasri, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar bernama Suparti (50 tahun) mengatakan, saat erupsi Gunung Kelud terjadi Kamis (13/2) kemarin, ia memang sempat keluar rumah dan berkumpul di rumah anaknya yang jaraknya hanya beberapa meter dari rumahnya.
Namun, beberapa jam kemudian, ia memilih kembali ke rumahnya dan enggan mengungsi. Apalagi, ia melihat rumahnya juga tidak mengalami kerusakan.
“Wong rumah warga di sini yang mengalami kerusakan lebih parah saja tidak mengungsi. Jadi warga di desa ini memang tidak mengungsi,” katanya kepada Republika Online (ROL) saat ditemui di rumahnya, Selasa (18/2).
Ia juga tidak mau mengungsi karena ada tetangganya yang mengungsi di posko. Namun tak lama kemudian hewan ternak miliknya yaitu sapi hidup sebanyak dua ekor hilang.
Disinggung mengenai dampak erupsi yaitu banjir lahar, ia menyebutkan bahwa daerah yang paling rawan mendapat lahar dingin yaitu daerah yang paling parah terkena dampak erupsi yaitu Kediri. Sehingga, ia menilai pengungsian tidak perlu dilakukan.
“Saya akan mengungsi jika banjir lahar dingin benar-benar meluap dan menuju Blitar,” katanya.