Rabu 19 Feb 2014 06:53 WIB

Milisi Libya Ancam Parlemen

Ribuan warga Libya di Benghazi memprotes keberadaan milisi di kawasan tersebut
Foto: AP
Ribuan warga Libya di Benghazi memprotes keberadaan milisi di kawasan tersebut

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI-- Dua kelompok milisi Libia yang bersenjata berat pada Selasa menuntut parlemen negara itu menyerahkan kekuasaan segera dalam apa yang kepala dewan itu menolaknya karena dipandang sebagai usaha kudeta yang akan dilawan oleh tentara jika perlu.

Batas waktu Selasa dari lima jam sejak pernyataan itu dikeluarkan oleh brigade milisi al-Sawaiq dan al-Qaqa berlalu tanpa insiden tetapi mereka mengatakan pasukan mereka telah siaga untuk memaksa penyerahan Kongres Nasional Umum (GNC).

"Kami akan bertindak segera dan menyerahkan kekuasaan kepada Mahkamah Agung dan membentuk komite untuk mengawasi pemilihan," kata panglima tertinggi al-Qaqa Othman Mlekta kepada kantor berita Reuters. "Kami akan bekerja dengan rakyat dan kami selalu kontak dengan rakyat di selatan dan timur."

Belum ada isyarat bakal terjadi kekerasan pada Selasa malam di Tripoli tetapi puluhan kendaraan yang dilengkapi senjata antipesawat dari milisi Qaqa diparkir di sekeliling dekat gedung GNC. Seorang komandan mengatakan kepada wartawan kelompok milisi itu disiapkan untuk bergerak ke gedung parlemen dan menangkap para wakil rakyat tetapi memperpanjang batas waktu mereka dua hari setelah pembicaraan ditengahi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Misi PBB di Libia tidak bisa segera dihubungi untuk dimintai komentar tetapi wartawan dapat melihat seorang pejabat senior PBB berdiri dekat para anggota milisi. Dalam aksi mempertunjukkan kekuatan, sejumlah tentara Mlekta sebelumnya bergerak dengan kendaraan-kendaraan lapis baja di jalan bandar udara Tripoli.

Dalam protes terpisah yang memperlihatkan stabilitas keamanan rapuh di negara anggota OPEC itu, penjaga keamanan memaksa bandara Benghazi di bagian timur tutup selama enam jam untuk menuntut kenaikan gaji.

Kedua milisi yang mengancam GNC itu termasuk di antara kelompok-kelompok bekas pemberontak yang membantu menggulingkan diktator Muammar Qaddafi dalam pergolakan yang mulai tiga tahun lalu bulan ini.

Ancaman mereka itu di antaranya paling serius dibuat terhadap parlemen, yang sebelumnya diserbu oleh satu kelompok bekas pemberontak yang menuntut pembagian kekuasaan. "Dalam pandangan kami, GNC bersikap ingin mengembalikan kediktatoran," kata seorang juru bicara milisi dalam pernyataan yang dibacakan kepada wartawan, dengan memberikan rinciannya setelah mandat GNC habis pada bulan ini.

Libia terperangkap dalam kekerasan demi kekerasan di seantero negeri sementara Perdana Menteri Ali Zeidan berjuang mengendalikan para milisi yang membantu menggulingkan Gaddafi tapi masih menguasai senjata mereka untuk membentuk politik pasca perang.

sumber : Antara/Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement