Rabu 19 Feb 2014 15:06 WIB

Jalan Hidup Salikin: Dunia Mimpi-Waqiah (1)

Ilustrasi
Foto: Dashburst.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Waqi'ah dari akar kata waqa'a artinya muncul, timbul, berada, kemudian membentuk kata waq'iah yang dalam perspektif tasawuf diartikan dengan mimpi khusus. Disebut mimpi khusus karena bukan mimpi sebagaimana lazimnya dialami orang-orang awam.

 

Waqi'ah kadang-kadang muncul tidak di dalam tidur pulas dalam bentuk mimpi, tetapi penyingkapan sebuah kenyataan di antara tidur dan terjaga yang oleh kalangan neurolog disebut dengan teta atau alfa.

Ini adalah suatu keadaan dimana frekuensi gelombang otak berada dalam keadaan lamban, tidak dalam keadaan beta, sebagaimana orang-orang yang dalam keadaan terjaga.

Dalam keadaan frekuensi otak sedang aktif, biasanya sulit untuk menembus suasana batin yang lebih dalam. Wahyu-wahyu atau pengalaman mistis banyak sekali terjadi di tempat yang sepi, seperti di Gua Hira, Gua Kahfi, atau di dalam keheningan malam.

Itulah sebabnya para salik berusaha mencari tempat yang hening, sejuk, damai, dan tenang, seperti khanqah, sebagaimana diuraikan dalam artikel terdahulu.

Waqi'ah oleh sejumlah ulama tasawuf disamakan dengan manam, yaitu mimpi yang dialami oleh orang-orang khusus yang memiliki dampak sosial kemasyarakatan. Sebagian lagi menyamakannya dengan mukasyafah, yaitu pengalaman penyingkapan tabir atau hijab oleh orang-orang khawas yang memilki kedekatan khusus dengan Allah SWT.

Namun, sebagian lagi menganggap, waqi'ah merupakan pengalaman gaib atau mistis yang berada di antara manam dan mukasyafah. Apa pun namanya, pengalaman mistis atau gaib tidak sembarang orang bisa mendapatkannya.

Para praktisi sufi yang bertahaun-tahun menempuh perjalanan mistik juga tidak semua pernah mengalaminya. Pengalaman mistik adalah pemberian langsung dari Allah SWT.

Ketika para salik asyik menikmati riyadhah, ia sering mengalami berbagai pengalaman mistis. Ia seakan-akan menyaksikan sesuatu secara visual di depan matanya, tetapi sesungguhnya ternyata tidak ada.

Misalnya, seorang salik di daerah sulit air bermimpi menyaksikan mata air mengalir bersumber dari satu titik di sebuah tempat. Setelah titik itu digali, benar ditemukan ada mata air di tempat itu.

Contoh lain, saat seseorang merasa melihat, baik dalam mimpi maupun dengan kekuatan imajinasi, suatu tempat yang terdapat harta karun atau aneka tambang, setelah tempat itu digali ternyata benar ditemukan harta karun atau aneka tambang seperti dalam mimpinya.

Pengalaman nyata seperti ini diceritakan dalam kitab Awarif al-Ma'aruf karya Suhrawardi, seorang salik yang terdesak oleh kebutuhan pokok. Ia sudah bermaksud untuk pergi meminta-minta.

Tapi, dalam jiwanya bertanya, sudah sekian lama saya menjalani kehidupan suluk dengan penuh tawakal, akhirnya hari ini saya harus meminta-minta. Mestikah saya melakukan hal ini?

Tiba-tiba, orang ini mengalami pengalaman mistik (waqi'ah). Ia mendengar suara, “Pergilah ke satu tempat, di sana ada sebuah jubah biru (khirqah) yang membungkus batangan emas. Ambil dan gunakanlah untuk memenuhi kebutuhan hidupmu.” Ketika terjaga, orang itu pergi ke tempat itu dan ia menemukan emas itu terbungkus jubah biru.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement