REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat sebanyak 165.550 ekor benih ikan di wilayah setempat mati pascahujan abu vulkanis akibat erupsi Gunung Kelud.
"Data yang masuk ke dinas sampai hari ini (Rabu), kematian benih ikan akibat hujan abu vulkanis sebanyak 165.550 ekor, baik benih lele dan gurami," kata Kepala Bidang (Kabid) Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Bantul, Subiyanto Hadi, Rabu.
Akibat kematian ratusan ribu benih ikan itu, kelompok pembudidaya yang menjadi korban bencana alam tersebut mengalami kerugian materiil yang ditaksir totalnya sebesar Rp 50 juta.
Ia mengatakan terdapat lima kelompok usaha pembenihan rakyat (UPR) yang menjadi korban bencana tersebut, yakni masing-masing kelompok di wilayah Kecamatan Jetis, Pundong, Srandakan, Pandak dan Kercamatan Sewon.
"Kematian ikan ini hanya terjadi pada benih lele dan gurami yang berumur antara satu hingga tiga minggu. Namun, ikan yang sudah siap konsumsi atau berusia diatas dua bulan masih bisa bertahan," katanya.
Kematian benih ikan ini akibat air kolam yang terkena hujan abu vulkanis pekat. Kondisi tersebut menyulitkan ikan bernafas sehingga menyebabkan kematian.
Untuk mencegah kematian yang semakin banyak, kata dia, pihaknya menyarankan kepada pemilik kolam budidaya ikan untuk mengganti air kolam dengan air jernih atau menambah air untuk mengurangi kepekatan air akibat abu itu.