Oleh: Afriza Hanifa
Menilik kiprahnya yang signifikan dalam menentukan warna pergerakan mahasiswa di Indonesia, peran LDK ditingkat regional maupun internasional pun cepat berkembang.
Kendati demikian, Adi mengakui, LDK masih belum tuntas menjawab keseimbangan dalam amal dakwah, ilmu, dan politik. Selama ini, dakwah keilmuan (fanniyah) masih terasa dikesampingkan jika dibandingkan amal dakwiyah dan siyasiyah.
Apalagi, jika melihat perubahan sosial politik Indonesia, peran LDK harus selalu sigap. Amal dakwah yang seimbang antara dakwiyah, fanniyah, dan siyasiyah menjadi titik tekan.
“Ketiga pendekatan amal dakwah kampus ini bukan sesuatu yang terkotak atau satu amal lebih dipentingkan dari yang lainnya. Ketiganya merupakan kesatuan yang terintegrasi menjadi kekhasan dakwah kampus. Ketertinggalan salah satu poin merupakan sebuah kepincangan yang harus diperbaiki,” tuturnya.
Jurnal Al-Manar menyebutkan, LDK merupakan salah satu bagian penting dalam gerakan dakwah Islam. Oleh karenanya, potensi yang dimiliki oleh LDK jangan sampai sia-sia. Salah satu hal yang perlu diperhatikan yakni jaringan. Sistem yang sudah terbentuk akan bekerja dengan lebih optimal jika mampu membangun jaringan.
“Dengan terbangunnya jaringan, masing-masing organisasi dapat saling belajar dari pengalaman organisasi lain. Selain itu, organisasi yang tergabung dalam jaringan dapat melakukan kerja sama, sehingga hasil yang dicapai lebih maksimal.”
Dituding ‘Corong’ PKS
Meski mengatasnamakan diri sebagai lembaga dakwah, LDK tak luput dari dunia perpolitikan. Meski dibentuk dari kejenuhan para tokoh Masyumi dari perpolitikan, LDK dalam perkembangannya menjadi bagian dari partai politik. LDK sekarang ini disebut-sebut sebagai wadah lahirnya salah satu partai Islam, yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
M Imdadun Rahmat dalam Ideologi Politik PKS: dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen menyatakan, LDK merupakan jaringan yang membantu dalam pembangunan gerakan dakwah PKS. Para aktivis masjid kampus muncul menjadi benih-benih para tokoh yang membangun partai tersebut.
Peran Mohammad Natsir dan DDII dihargai amat penting dalam kelahiran dan pengembangan LDK sebagai embrio PKS. “Keterlibatan para aktivis DDII dalam mengembangkan jaringan LDK ini turut memperkuat warna ideologi Islam yang diusung Masyumi dalam bangunan gerakan dakwah PKS,” ujarnya.
Menurut Imdadun, apa yang ditempuh “Masyumi muda” pada tahap selanjutnya melahirkan politik akomodasi Islam yang mendorong lahirnya ICMI serta fenomena “ijo royo-royo” di parlemen dan birokasi, baik dalam arti struktural maupun kultural.
Selain itu, lahir pula bank syariah pertama, yakni Bank Muamalat serta diakomodasinya hukum syariat dalam Kompilasi Hukum Islam. Sedangkan, faksi “Masyumi tua” bermain di ranah luar kekuasaan dengan tetap mempertahankan dakwah ideologis yang kemudian memunculkan LDK yang menjadi embrio bagi lahirnya PKS.