REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Pascabanjir, serangan penyakit demam berdarah dengue (DBD) mengancam warga di Kabupaten Indramayu. Sepanjang Januari hingga 26 Februari 2014, tercatat ada tiga orang yang meninggal akibat penyakit tersebut.
"Tiga orang (yang meninggal) itu berasal dari daerah Pekandangan, Langut dan Sukra," ujar Kabid Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Sri Nafsiyah, saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (26/2).
Nafsiyah menjelaskan, selain menyebabkan korban meninggal, penyakit DBD juga menyerang puluhan warga. Sepanjang Januari hingga 26 Februari 2014, warga yang terserang DBD tercatat 56 orang.
Nafsiyah mengatakan, kasus DBD memang banyak terjadi pascabanjir dan kondisi cuaca seperti sekarang, yakni hujan dan panas terjadi secara bergantian. Pasalnya, banyak terjadi genangan-genangan air di lingkungan masyarakat.
Untuk menghadapi ancaman DBD, Nafsiyah menyatakan, tidak hanya bisa mengandalkan fogging (pengasapan). Selain biayanya besar, fogging juga tidak efektif untuk memberantas DBD.
Menurut Nafsiyah, fogging hanya dapat membunuh nyamuk dewasa. Sedangkan jentik dan kepompong nyamuk, tidak dapat mati dengan fogging.
"Untuk yang lebih efektif, caranya dengan melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), dengan 3M (menutup, mengubur, menguras)," tegas Nafsiyah.
Namun, untuk melaksanakan PSN, Nafsiyah mengaku kesadaran masyarakat masih rendah. Masyarakat lebih menginginkan fogging dibandingkan PSN.