Kamis 27 Feb 2014 12:21 WIB

Melawan Korupsi (2)

Rep: Mohammad Akbar/ Red: Chairul Akhmad
Warga melintasi Mural yang bertuliskan
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Warga melintasi Mural yang bertuliskan

REPUBLIKA.CO.ID, Aktivis HMI dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Subairi Muzakki menilai, korupsi yang kini terjadi di Indonesia karena adanya faktor kultural dan struktutal.

Secara kultural, korupsi  terlahir karena telah terkikisnya nilai-nilai luhur dan moralitas manusia. Secara struktural, kata Subairi, karena sistem dan pola kerja negara yang memberi ruang bagi lahirnya praktik korupsi.

Dari dua hal inilah, harusnya masalah korupsi dibenahi.''Kalau secara kultural tentu yang dibenahi dengan meneguhkan kembali nilai-nilai luhur budaya dan agama. ''Sedangkan di tingkat struktural, mesti dibangun sistem yang mampu menutup peluang orang melakukan korupsi,''  ujarnya.

Subairi juga tak yakin kalau Indonesia akan mampu meniru Cina dalam memberantas korupsi. Di Negeri Tirai Bambu tersebut para pelaku korupsi ditembak mati sebagai upaya memberi efek jera. Di Indonesia, terkadang niat membunuh koruptor justru malah melahirkan simpati dan empati.

''Saya kira kita tidak mungkin melakukannya. Cina melakukan itu karena sesuai dengan nilai kultural di sana. Korupsi sudah dianggap musuh negara dan itu sudah merasuk menjadi nilai kultur. Jadi, semua orang Cina sudah menganggap koruptor memang seharusnya ditembak mati,'' paparnya.

Lantas, dengan status mahasiswa sebagai salah satu agen perubahan, apa yang kini bisa dilakukan? Subairi dan Reza sepakat perlu adanya upaya memperbaiki diri ke dalam. ''Korupsi tak akan pernah selesai dengan hanya aksi (demonstrasi) tanpa ada solusi. Saya rasa perbaikilah diri sendiri sebelum menjadi wakil rakyat atau pemimpin,'' ujar Reza.

Sedangkan Subairi melihat, mahasiswa tak hanya cukup melakukan aksi demontrasi untuk memerangi korupsi. Demo hanya untuk mendobrak kebuntuan kekuasaan struktural. Tapi, tidak bisa mengubah aspek moral atau nilai-nilai budaya.

“Saya rasa yang dapat dilakukan generasi muda adalah terus-menerus melakukan penyadaran tentang bahaya korupsi. Menanamkan kembali nilai-nilai keluhuran untuk berani bersikap jujur,'' katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement