REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW-- Hingga Senin (3/3), Rusia tidak menunjukkan tanda-tanda mundur dari Ukraina. Bahkan saat sejumlah pemimpin dunia mengancam akan memberi sanksi dan tegas menegur Rusia.
Dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB, utusan Ukraina meminta bantuan. Mereka mengatakan bahwa Rusia telah menggunakan pesawat, kapal dan helikopter untuk membanjiri semenanjung Krimea di Ukraina. Sekitar 16.000 pasukan Rusia telah ditempatkan di Ukraina dalam seminggu terakhir.
"Sejauh ini, angkatan bersenjata Ukraina telah diminta menahan diri dari perlawanan aktif untuk agresi, tetapi mereka berada dalam kesiapan operasional penuh," ujar Duta Besar Ukraina Yuriy Sergeyev.
Sementara itu, diplomat Amerika Serikat pada pertemuan tersebut meminta Rusia untuk menarik pasukannya dan menyerukan mediasi untuk mengakhiri krisis. Namun Duta Besar Rusia Vitaly Churkin bersikeras, tujuan negaranya adalah melestarikan demokrasi dan melindungi jutaan Rusia di Ukraina. Ia juga berdalih pengiriman pasukan untuk menghentikan ekstrimis radikal.
Churkin mengatakan penggulingan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych telah membuat Rusia mengirim pasukan. Hal ini dilakukan untuk membangun legitimasi, perdamaian, hukum dan ketertiban, stabilitas, dan membela orang-orang Ukraina. Dia juga membacakan surat dari Yanukovych pada pertemuan tersebut.
Surat Yanukovich menggambarkan Ukraina sebagai negara yang tengah berada di ambang perang saudara dan diganggu oleh kekacauan dan anarki.