REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Saham Amerika Serikat (AS) jatuh bersama aset berisiko lain setelah ketegangan di Ukraina dan Rusia meningkat. Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan akan menginvasi negara tetangganya tersebut.
Pemberitaan tentang rencana Ukraina yang tengah mempersiapkan perang dan Washington akan mengisolasi Rusia secara ekonomi telah mengancam aktivitas pasar saham New York.
Indeks S&P 500 ditutup mencapai rekor pada akhir pekan lalu. Aksi ambil untung menghantui Wall Street di tengah ketidakpastian politik. Indeks ditutup sedikit di atas level support pada perdagangan Senin (3/3).
"Terlalu dini untuk menyatakan sekarang adalah kesempatan untuk beli. Kita perlu melihat seperti apa tensi yang terjadi antara Rusia dan Ukraina," kata Managing Director of active Trading and Derivatives Charles Schwab, Randy Frederick, seperti dilansir Reuters, Selasa (5/3).
Indeks Dow Jones anjlok 153,68 poin atau 0,94 persen ke level 16.168,03. Sementara S&P 500 tergelincir 13,72 poin ke level 1.845,73. Sementara indeks Nasdaq melemah 30,818 poin dan ditutup di level 4.277,301.
Indeks Rusia dan obligasi pemerintah anjlok tajam setelah bank sentral menaikkan suku bunga acuan. Indeks MICEX anjlok 10,8 persen dan indeks Russian Trading System (RTS) berdenominasi dolar turun 12 persen.