REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- NATO bakal meningkatkan kerja sama dengan Ukraina tetapi meninjau seluruh rentang kerja samanya dengan Rusia. Hal itu diungkapkan Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen setelah pertemuan dengan duta besar Moskow untuk NATO pada Rabu (5/3).
Rasmussen mengatakan "seluruh rentang kerja sama NATO-Rusia sedang dikaji", termasuk penangguhan misi gabungan yang melibatkan penghancuran senjata kimia Suriah.
Ia juga mengatakan NATO akan "mengintensifkan kemitraan dengan Ukraina, dan memperkuat kerja sama kami untuk mendukung reformasi demokrasi".
Aliansi ini akan "meningkatkan" keterlibatan dengan para pemimpin Ukraina, baik sipil dan militer, dan membantu meningkatkan tentaranya, termasuk dengan lebih mempergiat pelatihan.
Rasmussen mengatakan, situasi di Ukraina " menyajikan implikasi serius bagi keamanan dan stabilitas" di wilayah tersebut dan bahwa Rusia "terus melanggar" kedaulatan dan integritas teritorial negara itu.
Aliansi pertahanan 28 negara itu akan menangguhkan misi bersama pertama dengan Rusia, tentang pengawalan maritim untuk kapal AS Cape Ray, yang akan menetralisir senjata kimia Suriah. Penghancuran senjata-senjata akan ditetapan mendatang, katanya menekankan.