REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Sebanyak 15 negara anggota Organisasi untuk Keamanan dan Kerja sama di Eropa (OSCE) telah setuju untuk mengirimkan pengamat militer ke Ukraina, kata seorang diplomat pada Rabu.
"Ada 15 negara anggota OSCE, termasuk Amerika Serikat dan beberapa negara lain di Eropa dan Asia Tengah, akan berpartisipasi dalam misi ini," kata utusan OSCE itu.
Namun, diplomat itu tidak memberikan rincian tentang berapa banyak pengamat militer yang akan terlibat dalam misi di Ukraina tersebut.
Ia juga tidak menyebutkan waktu dan tempat spesifik untuk mengerahkan para pengamat dan memulai misi tersebut di republik yang dahulu merupakan bagian dari Uni Soviet itu.
OSCE menyatakan Ukraina telah membuat permintaan agar misi itu dapat beroperasi mulai 5 Maret hingga 12 Maret.
Rencananya, para pengamat militer yang dikirim ke Ukraina tersebut tidak bersenjata dan bertugas mencari tahu fakta-fakta mengenai hal-hal militer yang terjadi di lapangan. Selanjutnya, mereka harus melaporkan hasil pengamatan ke negara-negara yang berpartisipasi dalam OSCE.
Berdasarkan aturan OSCE, setiap negara anggota berhak mengirimkan dua pengamat militer, dan itu berarti setidaknya akan ada sekitar 30 orang pengamat militer yang dikirim dalam misi ke Ukraina.
Amerika Serikat telah menyerukan agar OSCE melaksanakan sebuah misi pemantauan skala penuh untuk meredakan krisis di Ukraina. Akan tetapi, para negara anggota OSCE pada minggu ini gagal mencapai kesepakatan, dengan adanya keberatan dari Rusia.
Utusan Rusia untuk OSCE Andrei Kelin pada Senin (3/3) mengatakan bahwa beberapa misi sebelumnya untuk mengatasi perpecahan di wilayah Serbia dan Georgia, Kosovo dan Ossetia Selatan, justru telah "memperburuk situasi".
Sementara itu, utusan AS untuk OSCE, Victoria Nuland, mengatakan bahwa sebuah misi pemantauan itu akan memungkinkan pihak Rusia di Crimea untuk "menarik pasukannya kembali ke markas dan pasukan itu digantikan oleh pemantau independen".