REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Pembentukan partai politik Anti-Islam di Australia membuat gerah komunitas Muslim. Partai ini dianggap bakal membakar kembali semangat kebencian di negeri Kangguru.
Sayangnya, kalangan politisi Australia menilai masalah itu tidak perlu diperdebatkan. Apalagi, Australia menjamin seluruh pandangan. "Kami mengharapkan semua warga Australia perlu menghormati pandangan orang lain dan memperomosikan pandangan mereka secara damai," ucap Warren Truss, pemimpin Partai Nasional Australia, seperti dilansir The Guardian, Jumat (7/3).
Partai Aliansi Liberal, demikian nama partai baru itu, merupakan bentukan Q Society, organisasi yang gencar mengkampanyekan semangat anti-Islam di Australia. Partai ini dalam waktu dekat akan menggelar konferensi perdana. Namun, lokasi konferensi itu dirahasikan dengan alasan keamanan.
"Ini adalah upaya menyatukan banyak orang yang peduli tentang pengaruh Islam di negara barat. Pengaruh itu terlihat dari perubahan hukum dan nilai-nilai demokrasi Barat," kata juru bicara Q Society, Andrew Horwood.
Andrew mengatakan umat Islam merasa diri mereka lebih baik dari kalangan non-Muslim. "Kami ingin masyarakat terintegrasi bukan pemisahan," kata dia.
Juru bicara komunitas Muslim Australia, Keysar Trad mengatakan partai anti-Islam lebih banyak memiliki narasi untuk memecahbelah masyarakat Australia. "Kami lebih memilih untuk bekerja pada pihak yang ingin membangun jembatan kesepahaman," kata dia.
Pimpinan Partai Kebebasan Belanda (PVV), Geert Wilders menyambut baik pembentukan partai tersebut. "Banyak Anda kecewa dengan politisi saat ini yang menjual peradaban Barat," kata dia dalam rekaman video.