REPUBLIKA.CO.ID, SIMFEROPOL-- Parlemen Crimea, Ukraina berencana mendeklarasikan kemerdekaan sebelum referendum diputuskan pada 17 Maret mendatang. Parlemen mengatakan pada Selasa (11/3) waktu setempat mereka akan melakukannya jika dukungan terus mengalir dari masyarakat dan anggota.
Langkah ini dinilai akan membuat Crimea tidak harus bergabung dengan Rusia, tapi jadi bagian independen. Pengamat politik dari Kiev, Vadim Karasyov mengatakan gerakan parlemen ini adalah pesan kepada barat bahwa tidak harus pembicaraan yang bergulir adalah tentang Crimea bergabung dengan Rusia.
''Mereka bisa muncul jadi negara yang independen dan sah, sementara Rusia dan barat bernegosiasi,'' kata dia berspekulasi, dilansir dari AP.
Dikutip dari CNN, polisi pro-Rusia menjaga bandara dan stasiun kereta api. Mereka menggunakan lencana 'Republik Otonom Crimea' di lengan seragam mereka. Penerbangan pada Selasa ke wilayah tersebut dari Kiev dibatalkan sementara dari Moskow tetap berjalan seperti biasanya.
Seorang penjaga di stasiun kereta api mengatakan pada CNN, ia dan rekannya sedang menunggu kiriman senjata dari seluruh Ukraina. Crimea akan mengadakan pemungutan suara pada referendum Minggu untuk menentukan status apakah bergabung dengan Rusia atau tidak.
Sementara, Moskow akan berunding pada 21 Maret apakah menerima Crimea atau tidak sebagai bagian dari negara Rusia. Pemerintah Kiev yang didukung oleh barat dan Eropa mengatakan tidak akan mengakui hasil referendum karena dianggap tidak sah dan menyalahi aturan internasional.
Namun, Crimea maupun Rusia tidak memperdulikannya. Dalam pernyataan yang dirilis Selasa malam, federasi Rusia tetap mengakui hasil referendum Crimea.
''Federasi Rusia akan menghormati hasil pemungutan suara dari orang Crimea selama referendum,'' tertulis dalam pernyataan.