REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA-- Menjelang Referendum Crimea, Pemerintah Sementara Ukraina mengencangkan ikatannya untuk mempertahankan semenanjung perbatasan tersebut. Perdana Menteri Ukraina, Arseny Yatseniuk melakukan berbagai cara termasuk meminta dukungan raksasa dunia.
Arseny menemui PBB pada Kamis (13/3). Ia melapor pada Dewan Keamanan PBB bahwa Rusia telah melakukan agresi militer di Crimea. Ia mempertanyakan hal tersebut sebagai ajakan perang. ‘’Agresi ini tidak memiliki alasan, tidak bisa menyelesaikan konflik dengan tank, artileri dan sepatu bot di lapangan,’’ kata dia.
Duta Besar PBB untuk Rusia Vitaly Churkin membantah hal tersebut. Ia menegaskan Rusia tidak menginginkan perang. Yatseniuk pun langsung meminta Rusia berdialog. ‘’Semoga kita bisa berdialog untuk menyelesaikan konflik,’’ katanya. Sementara Churkin tidak menanggapi keinginan tersebut.
Sebaliknya, Churkin mengkritik penggulingan illegal Presiden Viktor Yanukovych yang akhirnya menuai berbagai protes hingga sampai ke krisis Crimea ini. Dalam sambutan singkatnya, Yatseniuk menuduh Rusia melanggar piagam PBB dan beberapa perjanjian lain. Ia mendesak Moskow menarik kembali pasukannya dari Crimea untuk memulai negosiasi nyata mengatasi konflik.
Dewan keamanan sendiri telah melakukan pertemuan keenam untuk membahas Ukraina. Namun, pembahasan tidak menghasilkan aksi apa pun karena Rusia adalah anggota tetap dan memiliki kekuatan hak veto.
Dalam pertemuan kali ini, Amerika Serikat menyebarkan rancangan solusi yang akan menegaskan komitmen Dewan Keamanan untuk mendukung kedaulatan, kemerdekaan, persatuan dan integritas wilayah Ukraina dalam batas-batas yang diakui secara internasional.