REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) Filippo Grandi mengatakan jumlah orang yang dipaksa mengungsi di seluruh dunia mencapai 110 juta orang. Konflik di Ukraina dan Sudan memaksa jutaan orang meninggalkan rumah mereka.
Dalam laporannya UNHCR mengatakan angkanya naik 19 juta orang dari 108,4 juta orang dibanding akhir tahun lalu. Kenaikan tertinggi sejak angka ini dicatat. Filippo mengatakan jumlahnya sudah di atas 110 juta orang, sebagian karena konflik Sudan yang sudah berlangsung delapan pekan.
"Laporan ini merupakan dakwaan terhadap kondisi dunia kita saat ini," kata Grandi dalam konferensi pers di Jenewa, Rabu (14/6/2023).
"Solusi atas pergerakan semakin sulit bahkan untuk dibayangkan, bahkan untuk dirundingkan, kita hidup di dunia yang sangat terpolarisasi, di mana terjadi ketegangan internasional sampai masalah kemanusiaan," tambah Grandi.
Laporan Forced Displacement atau Dipaksa Mengungsi UNHCR menunjukkan dua dekade sebelum konflik Suriah 2011 lalu angka pengungsi di dalam dan luar negeri di seluruh dunia hanya 40 juta. Tapi kini setiap tahun terus bertambah dan kini lebih dari dua kali lipat. Dalam laporan itu satu dari setiap 74 orang terpaksa mengungsi.
Grandi menyalahkan "sepaket penyebab" yang menurutnya adalah konflik, persekusi, diskriminasi, kekerasan dan perubahan iklim. Sektiar setengah dari total pengungsi dan yang membutuhkan perlindungan berasal dari tiga negara: Suriah, Ukraina dan Afghanistan.
Grandi mengungkapkan kekhawatirannya langkah sejumlah negara yang memperketat peraturan dalam menerima pengungsi. Ia tidak menyebutkan nama negaranya.
"Kami melihat semakin enggannya sebagian negara mematuhi sepenuhnya prinsip konvensi (1951 tentang pengungsi) bahkan negara-negara yang menandatanganinya," kata Grandi.
Namun ia optimistis dengan sejumlah perkembangan, termasuk kesepakatan yang diraih menteri-menteri Uni Eropa pekan lalu untuk berbagi tanggung jawab pada masalah imigran dan pengungsi.
"Terdapat masalah-masalah yang mengkhawatirkan, namun secara umum, saya pikir itu langkah positif, kami sangat senang Eropa menyepakati sesuatu," katanya.
Ia juga memuji Kenya yang sedang mencari solusi baru untuk setengah juta pengungsi yang ditampungnya. Termasuk sebagian besar yang melarikan diri dari kemiskinan ekstrem dan kekeringan di Tanduk Afrika.