Jumat 14 Mar 2014 22:05 WIB

Saladin, Kisah dan Mitos Kepahlawanan (1)

Salahuddin al-Ayubi atau Saladin (ilustrasi).
Foto: Wikipedia.org
Salahuddin al-Ayubi atau Saladin (ilustrasi).

Oleh: Ani Nursalikah

Meninggalkan minum anggur demi memenuhi sumpahnya merebut kembali Tanah Suci dari tangan bangsa Franka.

Kaisar Byzantium Alexius Comnenus mengirimkan serangkaian pesan bernada panik kepada Paus Urbanus II di Roma. Hanya satu isi pesan-pesan tersebut, bantuan. Bangsa Seljuk dari Turki telah menaklukkan Anatolia yang luas hingga mencapai wilayah kekuasaan sang Kaisar.

Mereka telah berada di luar gerbang Konstantinopel. Tanpa bantuan, Comnenus mengatakan kepada Paus bahwa tentara Byzantium tak akan bisa bertahan dan Konstantinopel, benteng terakhir Kristen di Timur, pasti akan jatuh ke Turki.

Dalam sidang Dewan Clermont di Prancis pada November 1095 itu, Comnenus tidak hanya menggalang pasukan untuk menyelamatkan Konstan tinopel, tetapi juga mencetuskan serangkaian ‘perang suci’ untuk membebaskan Tanah Suci dan Yerusalem dari 400 tahun kekuasaan Muslim.

Sejarawan Philip Hitti menyebut pertemuan tersebut sebagai pidato paling efektif dalam sejarah. Sejarah mencatat perang ini dikenal dengan nama Perang Salib yang berlangsung selama 300 tahun dalam sembilan periode. Masa benturan dua peradaban besar ini memperkenalkan beberapa tokoh abad pertengahan yang luar biasa.

Salah satunya adalah seorang pahlawan bagi umat Islam dan Kristen, al-Malik al-Nasir al-Sultan Salah al-Din Yusuf bin Ayyub. Dunia Barat menyebutnya dengan julukan Saladin. Pada saat Saladin muncul, tentara salib telah menyelamatkan Konstantinopel dan menaklukkan Tanah Suci.

Bangsa Franka dari Prancis berhasil mendirikan apa yang mereka sebut Kerajaan Latin Yerusalem selama 70 tahun. Tentara salib menjadi minoritas kecil di antara lautan Muslim yang saat itu saling bermusuhan.

Hal tersebut menjadikan pemerintahan mereka tidak gampang. Di sisi lain, kekuatan Islam yang terpecah antara Seljuk yang didominasi khalifah Baghdad, Dinasti Fatimiyah, dan seorang panglima perang di Suriah Nur al-Din.

Saladin adalah putra seorang perwira tinggi militer Kurdi Nur al-Din. Meski dari etnis Kurdi, Saladin sangat dipengaruhi oleh budaya dan bahasa Arab. Ia lahir di Tikrit, Irak, pada 1138. Nama aslinya Yusuf bin Ayyub, tapi kemudian ia diberi nama tambahan Salah al-Din (pembimbing iman).

Saladin berhasil merebut kembali kota suci tiga agama sekaligus meruntuhkan Kerajaan Latin Yerusalem pada 2 Oktober 1187.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement