Selasa 18 Mar 2014 13:57 WIB

Parfum dari Lemak Sampai Distilasi (2)

Pembuatan parfum (ilustrasi).
Foto: Wikipedia.org
Pembuatan parfum (ilustrasi).

Oleh: Ani Nursalikah

Cara lain lagi adalah mencelupkan bunga, biji, dan buah ke minyak panas atau lemak.

Kemudian, ditemukan teknik yang lebih ampuh, memeras bahan pewangi alami itu dengan meletakkanya pada kain yang kedua ujungnya diikatkan ke dua tongkat. Dengan cara memutar kedua tongkat itu, tekanan puntiran ini akan memaksa keluarnya minyak esensial dari bahan alami tersebut.

Setelah Mesir runtuh, parfum terus menjadi bagian penting masyarakat Timur Tengah selama ribuan tahun kemudian sampai akhirnya muncul kebudayaan Islam. Pada abad pertengahan di Dunia Islam, parfum dianggap sebagai komoditas penting.

Parfum terutama digunakan untuk kebersihan pribadi, makanan, dan farmasi. Parfum yang berharga mahal bisa didapatkan di kawasan timur jauh, seperti Cina dan wilayah sekitar Samudera Hindia. Contoh wewangian yang dianggap berharga adalah aroma musk (misk) dan yang berbahan ambergris (anbar).

Untuk mendapatkan parfum jenis ini tidak mudah karena jarak yang demikian jauh. Distribusi parfum pada abad ke-11 dan 12 menggunakan jalur laut atau melalui darat yang dikenal dengan jalur sutra yang menghubungkan Cina dan India dengan Asia Tengah, Mesopotamia, Mediterania, dan Eropa.

Jenis parfum yang paling awal adalah dupa sehingga aroma disebarkan melalui udara. Menurut Medieval Islamic Civilization: An Encyclopedia Volume I, munculnya kebudayaan Islam sejak abad ke-7 M menandai perubahan dalam pembuatan parfum modern dengan memperkenalkan berbagai tumbuhan herbal dan rempah-rempah.

Wewangian dan substansi eksotis lain, seperti melati dan jeruk, dibudidayakan di Arab jauh dari habitat aslinya di Asia. Salah satu ilmuwan Muslim al-Kindi adalah penemu industri parfum melalui riset menyeluruh dan eksperimen dengan menggabungkan berbagai tanaman untuk menghasilkan aroma parfum yang berbeda-beda.

Berbeda dengan teknik pembuatan parfum ala Mesir, masyarakat Dunia Islam mengembangkan teknik ekstraksi wewangian yang jauh lebih efektif, yaitu lewat distilasi uap.

Teknik memproduksi parfum dalam Islam dan teknologi distilasi telah menginspirasi komunitas ilmuwan di budaya Barat selama abad ke-14, terutama di Prancis. Dokter Muslim dan ahli kimia Ibnu Sina atau Avicenna adalah orang yang memperkenalkan teknik distilasi.

Ia pertama kali bereksperimen dengan bunga mawar. Ilmuwan Barat kemudian mengembangkan teknik tersebut dengan penggunaan material mentah lain dan parfum berbahan dasar minyak.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement