Selasa 18 Mar 2014 11:21 WIB

Atasi Masalah Sampah, PKBM Ajak Warga Jadi Pemulung

Rep: CJ01/Sonia Fitri/ Red: Julkifli Marbun
Tumpukan sampah
Tumpukan sampah

REPUBLIKA.CO.ID,  NGAMPRAH -- Pemulung sampah merupakan profesi yang jarang diminati, bahkan dihindari karena kerap dipandang rendah. Padahal, jika diarahkan, keberadaan pemulung bisa jadi penting, bahkan menjadi solusi masalah sampah. Maka dari itu, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Al-Karomah Kabupaten Bandung Barat ingin mengubah pemikiran tersebut. Mereka pun membentuk gerakan, agar pemulung bisa jadi bagian dari solusi sampah.

 

“Namanya Gerakan Hibah Sampah Plastik. Kami mengajak warga setempat jadi pemulung sampah, kita bersama-sama membuat sampah bernilai dan menjadi potensi usaha,” kata Ketua PKBM Al-Karomah Abu Salam kepada Republika pada Senin (17/3).

 

Pihaknya menegaskan besarnya jasa menjadi pemulung. Besar pula keuntungan yang didapat. Bukan hanya keuntungan memeroleh lingkungan bersih, tapi juga keuntungan dari segi keuangan. PKBM pun mengajak warga setempat, khususnya warga di wilayah Kecamatan Cihampelas, untuk bekerja sama mengolah sampah plastik yang bertebaran di wilayah Bendungan Saguling.

 

Gerakan Hibah Sampah ini, kata Abu, merupakan bagian dari program pendidikan kewirausahaan Masyarakat (PKM). Diawali dengan memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan. “Terutama sampah plastik yang sulit hancur sehingga bisa menyebabkan banjir dan longsor,” katanya.

 

Setelah itu, warga diajak bekerja sama mengumpulkan sampah plastik, khususnya di kawasan Saguling, yang nantinya bisa dihibahkan atau dijual kepada PKBM. “Kami selanjutnya akan mengolah atau mendaur ulang sampah tersebut,” lanjutnya.

 

Dijelaskan Abu, pada awalnya PKBM Al-Karomah melihat kawasan Saguling yang dilanda permasalahan sampah dan eceng gondok. “Kita gali isu tersebut agar bisa bernilai jual sehingga menjadi potensi wirausaha,” tutur Abu yang juga merupakan ketua forum PKBM se-Kabupaten Bandung Barat ini. Pihaknya pun menggalang para pemulung untuk mendukung kegiatan. Perkara modal yang selama ini jadi kendala wirausaha masyarakat pun difasilitasi.

 

“Makanya, PKBM mengelola Koperasi Bangkit Bersama untuk memberdayakan masyarakat yang sebagian besar masih berpenghasilan rendah,” ujarnya. Dari gerakan ini, kata Abu, masalah sampah dapat teratasi. Begitupun warga, kondisi perekonomiannya bisa terbantu dan menjadi mandiri. “Di koperasi, omset terakhir saat ini kita punya sekitar satu miliar,” paparnya. Hasil tersebut selanjutnya digunakan untuk membiayai program-program kegiatan dan bakti sosial yang diselenggarakan PKBM Al-karomah.

 

Selain itu, pihaknya pun mengembangkan kerajinan dari tumbuhan eceng gondok yang banyak terdapat di Waduk Saguling. “Eceng gondok ini diolah menjadi tas, mebel hingga briket sebagai bahan bakar alternatif,” katanya.

 

Picu Masyarakat Berwirausaha

 

“PKBM adalah lembaga mandiri, yang didirikan dengan tujuan meningkatkan kualitas masyarakat di bidang pendidikan, makanya, sifatnya dinamis. Bisa bekerja sama dengan pihak pemerintah maupun non pemerintah,” ujar Pembina Forum PKBM Jawa Barat Yadi Kusmayadi menjelaskan.

 

Dijelaskan Yadi, PKBM diawali dengan pembentukan kelompok belajar masyarakat untuk meraih kesetaraan di pendidikan formal. Selain itu, ada juga program pemberantasan buta aksara, pendidikan anak usia dini, dan taman bacaan anak, serta Program Kecakapan Hidup Masyarakat.

 

Seiring berjalannya waktu, kegiatan terus berkembang untuk target menciptakan masyarakat terdidik yang mandiri. Untuk menarik minat masyarakat untuk bergabung, PKBM mulai merintis pendidikan wirausaha. “Seiring dengan jaman, PKBM harus hidup, mandiri, serta mampu menciptakan lapangan usaha,” tuturnya.

 

Sebab, wirausaha merupakan daya tarik tersendiri bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah. Membangun kesadaran akan sampah, kata Yadi, mungkin sulit jika tidak dibarengi dengan daya tarik wirausaha. “Masyarakat kita beri tahu, bahwa sampah pun bisa memiliki nilai jual, sehingga bisa membantu perekonomian mereka,” kata dia.

 

Makanya, perkembangan PKBM bergantung pada kesungguhan dan keaktifan para pengurus dalam pengelolaannya. “Kalau pengurus PKBM tidak aktif, maka dia akan mati sendiri. Karena PKBM bergerak dengan masyarakat menengah ke bawah, pengurusannya pun berbekal dari kepedulian terhadap pendidikan masyarakat,” pungkasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement