REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Seorang polisi berpangkat Brigadir menembak komandannya hingga tewas di markas kepolisian sendiri. Brigadir Susanto membunuh atasannya AKBP Pamudji dengan menembakan senjata api ke kepala sang komandan Selasa (18/3) malam di Mapolda Metro Jaya.
Melihat dari peristiwa memalukan ini, pengamat kepolisian dari Universitas Indonesia (UI) Bambang Widodo Umar menyoroti pola pendidikan di Polri sebelum seseorang menjadi Brigadir. Brigadir yang merupakan pangkat terendah dalam kepolisian memang hanya cukup dengan pendidikan sembilan bulan saja untuk mendapatkannya.
Di sinilah menurut dia ada masalah yang perlu dibenahi oleh kepolisian. Dengan waktu sesingkat itu, akademi di kepolisian harus bisa mengubah seorang sipil menjadi polisi yang berjiwa penegak keadilan dan kebenaran.
“Waktunya sangat singkat, tugas Polri untuk lebih mengoptimalkan kurikulum dan pendidikan bagi calon polisi agar kelak peristiwa seperti ini tidak terjadi,” ujar Bambang dihubungi dari Jakarta Rabu (19/3).
Professor di Universitas Indonesia (UI) mengatakan, tak heran bila peristiwa bawahan tembak atasan terus berulang di kepolsian. Pasalnya, pendidikan seorang Brigadir dengan lama waktu sembilan bulan belum tentu dapat mengubah sifat asli calon polisi sewaktu hidup di tengah masyarakat.
Seperti apa latar seorang calon polisi tidak pernah diketahui sebelum mengenyam pendidikan di akademi. Lantas ketika lulus dan kelak memegang senjata, tak heran penyalahgunaan malah dilakukan.
“Kita tidak tahu polisi itu mantan preman atau apa sewaktu hidup di masyarakat, jelas pola pendidikan harus diberi tekanan bahwa senjata api tidak boleh dipakai sembarangan,” kata dia.
Sebelumnya, Pamudji yang merupakan Kepala Detasement Markas Polda Metro Jaya ditembak mati Susanto, bawahannya karena menegur. Susanto ditegur oleh Pamudji karena tidak berseragam saat melaksanakan piket malam.
Penembakan ini sendiri berlangsung pukul 21.30 WIB saat Mapolda Metro Jaya tengah melaksanakan pisah sambut Kapolda baru Irjen Dwi Prayitno dari Irjen Putut Eko Bayuseno. Susanto kemudian diamankan oleh Provost dengan bukti satu pucuk senjata api. Sedangkan almarhum disemayamkan di wilayah tempat tinggalnya di Bekasi, Jawa Barat.