Kamis 20 Mar 2014 06:44 WIB

Falaj, Sang Sumber Kehidupan (2)

Salah satu Falaj di Oman.
Foto: Gulfnews.com
Salah satu Falaj di Oman.

Oleh: Ani Nursalikah

Konstruksi falaj awalnya dibangun untuk tujuan sederhana, yakni mengairi peternakan dan  pertanian. Fungsi ini kemudian meluas menjadi sumber air yang sangat dibutuhkan masyarakat. Sistem pengairan ini menjadi mata air abadi bagi warga Oman.

Untuk mendapatkan airnya juga sangat mudah. Cukup menggali terowongan landai di mana air  dapat mengalir. Namun, kesederhanaan tersebut menipu. Konstruksi falaj sebenarnya sangat canggih dan bisa disandingkan dengan  saluran air buatan bangsa Romawi di Benua Eropa.

Langkah pertama menemukan sumber air melibatkan suku Awamir. Di Oman suku ini termasyhur  karena kemampuan mereka menemukan sumber air tersembunyi.  Sama seperti komunitas kuno Dowser di Amerika, suku Awamir menggunakan pengalaman, pengamatan, dan insting.

Mereka mempelajari tanah, kemiringan tanah, dan khususnya mencari ada tidaknya jenis tanaman tertentu.  Dengan hati-hati mereka mencatat kemiringan cabang tanaman. Kemudian, mencari tahu sumber  air dengan menggunakan tongkat dan memasukkannya ke dalam tanah. Jika tongkat itu  menyentuh air dan alirannya cenderung konstan, mereka mulai mengatur pembangunan falaj.

Lantai saluran falaj harus mempunyai kemiringan ke bawah karena kekuatan yang menggerakkan  air melalui saluran tersebut adalah gravitasi. Namun, kemiringannya tidak terlalu tajam.

Jika terlalu  curam, tekanan air akan mengikis sisi terowongan dan menyebabkan seluruh sistem runtuh.  Lazimnya perbandingan kemiringan yang digunakan adalah 1:1.000.

Keahlian seperti itu membutuhkan berabad-abad untuk berkembang. Salah satu risalah tentang  bagaimana cara menggali saluran ini, membuat perhitungan dan alat-alat untuk melakukan survei  ditulis pada awal tahun 1000 M oleh Abu Bakar Muhammad bin al-Hasan al-Hasib al-Khariji.

Di dalam  risalah tersebut dijelaskan tiga metode dengan tingkat yang berbeda untuk mengukur kemiringan secara akurat. Salah satunya diciptakan Abu Bakar sendiri.

Penggalian mulai dilakukan bukan di tempat di mana sumber air mengalir sebab tidak mungkin  menggali di lokasi tersebut. Penggalian dilakukan di bagian ujung bawah sedalam kurang lebih 50  meter. Ini berarti lantai saluran harus naik perlahan ke arah sumber air. Untuk memastikan hal ini,  pengukuran ulang harus dilakukan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement