REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konstruksi falaj awalnya dibangun untuk tujuan sederhana, yakni mengairi peternakan dan pertanian. Fungsi ini kemudian meluas menjadi sumber air yang sangat dibutuhkan masyarakat. Sistem pengairan ini menjadi mata air abadi bagi warga Oman.
Untuk mendapatkan airnya juga sangat mudah. Cukup menggali terowongan landai di mana air dapat mengalir. Namun, kesederhanaan tersebut menipu. Konstruksi falaj sebenarnya sangat canggih dan bisa disandingkan dengan saluran air buatan bangsa Romawi di Benua Eropa.
Langkah pertama menemukan sumber air melibatkan suku Awamir. Di Oman suku ini termasyhur karena kemampuan mereka menemukan sumber air tersembunyi. Sama seperti komunitas kuno Dowser di Amerika, suku Awamir menggunakan pengalaman, pengamatan, dan insting.
Sistem Falaj
Mereka mempelajari tanah, kemiringan tanah, dan khususnya mencari ada tidaknya jenis tanaman tertentu. Dengan hati-hati mereka mencatat kemiringan cabang tanaman.
Kemudian, mencari tahu sumber air dengan menggunakan tongkat dan memasukkannya ke dalam tanah. Jika tongkat itu menyentuh air dan alirannya cenderung konstan, mereka mulai mengatur pembangunan falaj.
Lantai saluran falaj harus mempunyai kemiringan ke bawah karena kekuatan yang menggerakkan air melalui saluran tersebut adalah gravitasi. Namun, kemiringannya tidak terlalu tajam.
Jika terlalu curam, tekanan air akan mengikis sisi terowongan dan menyebabkan seluruh sistem runtuh. Lazimnya perbandingan kemiringan yang digunakan adalah 1:1.000. Keahlian seperti itu membutuhkan berabad-abad untuk berkembang.
(Baca: Mengenal Falaj, Sistem Irigasi Air Bawah Tanah)