Jumat 21 Mar 2014 12:09 WIB

Bursa Indonesia Hadapi Tantangan Berat

Rep: Elba Damhuri/ Red: Indira Rezkisari
Layar TV di lantai Bursa New York, berisi pengumuman kebijakan Bank sentral AS atau The Federal Reserve (Fed) pada Rabu (18/12).
Foto: AP/Richard Drew
Layar TV di lantai Bursa New York, berisi pengumuman kebijakan Bank sentral AS atau The Federal Reserve (Fed) pada Rabu (18/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS, the Fed, berdampak langsung pada kinerja pasar finansial Indonesia. Direktur the Finance, Eko B Supriyanto, mengatakan penguatan bursa Indonesia akan menghadapi tantangan berat.

Apalagi, kata Eko, BI tidak akan menurunkan suku bunga BI Rate. Sebaliknya, kenaikan BI Rate tidak bisa dihindarkan hingga akhir tahun ini.

"Bank-bank diharapkan menjaga posisi likuiditasnya," kata Eko di Jakarta, Jumat (21/3).

Sementara, ia melanjutkan, rupiah dalam tekanan baru setelah era tapering off AS akan benar-benar berakhir pada tahun ini.

Bursa Asia melemah dengan Nikkei tergelincir ke level terendah selama enam minggu terakhir setelah Janet Yellen memberikan sinyal kepada pasar terkait kemungkinan dinaikkannya suku bunga acuan AS. Ini terjadi setelah Fed mengakhiri pembelian bonds atau lebih cepat dari perkiraan pelaku pasar.

Pernyataan Yellen turut melemahkan bursa Eropa kemarin (20/3). Karena itu juga, IHSG tergelincir 2,54 persen ke level 4.698 memfaktorkan sentimen negatif yang melanda bursa global.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement