Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Dalam perspektif tasawuf, dari segi kebahasaan sama dengan pendapat mayoritas ulama yang menyatakan bahwa kata al-inzal adalah penurunan secara sekaligus dan kata al-tanzil berarti penurunan secara bertahap.
Akan tetapi, menurut kalangan ulama tasawuf, kata nazala (turun) di sini bukan turun dalam konteks dimensi tempat, yaitu dari atas ke bawah, tetapi turun dalam konteks martabat atau status.
Mungkin padanannya dalam bahasa Inggris, yaitu descent, yang lebih dekat pada “manifestasi”. Kata nazala itu sendiri bisa berarti transformasi dari alam gaib ke alam nyata (syahadah), dari supranatural ke natural, transformasi dari dunia metafisik ke fisik, atau dari alam rohani ke alam jasad.
Ketika masih di dalam alam gaib, supranatural, metafisik, atau rohani Kalam Ilahi tidak membutuhkan proses tahapan karena alam-alam tersebut masih termasuk alam bebas yang tidak terikat oleh dimensi waktu dan ruang. Mobilitas dan transformasi di sana lebih cepat dan akurat karena serba terukur.
Namun, mobilitas dan transformasi di alam syahadah, natural, fisik, dan jasad sudah barang tentu mengalami peroses penahapan karena alam tersebut sudah terikat dengan dimensi waktu.
Seseorang yang berencana pergi ke Makkah, tidak mungkin sampai ke sana tanpa menggunakan sarana transportasi fisik, seperti pesawat, perahu, dan lain-lain. Kalau nyawa sudah lenyap, rohani dan jasmani sudah berpisah. Kalau ruh sudah berpisah dengan jasad maka dengan leluasa ruh itu bisa ke mana-mana dengan mudah karena sudah terbawah.
Apa yang turun, siapa yang menurunkan, kepada siapa diturunkan, melalui siapa dan apa diturunkan? Pertanyaan-pertanyaan ini dibahas secara mendalam di dalam kitab-kitab tasawuf.
Di antara yang membahas persoalan ini ialah Ibn Arabi dan para pemberi annotasi (musyarrih) kitab-kitabnya, seperti Syekh Abdur Razzaq al-Qasyani, Shainuddin Ali bin Muhammad at-Turkah, dan Muayyiduddin al-Jundi yang mensyarah kitab Fushush al-Hikam.
Mengenai apa yang turun tentu saja ayat-ayat-Nya dalam berbagai form. Dalam artikel terdahulu sudah pernah dibahas tentang apa arti ayat menurut kalangan sufi, yaitu ayat dalam bentuk kitabiyyah, kauniyyah, dan manusia (anfus).
Yang berperan pada proses penurunan ayat dan kalam Ilahi juga sudah pernah dibahas dalam artikel terdahulu, peranan malaikat Jibril dan hubungan antara firman (kalam), pena (qalam), lembaran (Wa Ma Yasthurun), dan para nabi.