REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan okupansi atau tingkat hunian hotel di daerah ini mencapai 90 persen selama libur akhir pekan menjelang Hari Raya Nyepi 2014.
"Sampai Minggu (30/3) hari ini dari sampel 30 hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta, rata-rata okupansi telah mampu mencapai 90 persen, baik bintang maupun nonbintang," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Istijab Danunegoro, di Yogyakarta, Minggu.
Sementara itu, untuk perhotelan yang ada di area "ring satu" atau di sekitar wilayah Malioboro rata-rata telah mencapai 100 persen selama masa kampanye dan menjelang Hari Raya Nyepi.
Meski demikian, menurut dia, perhotelan di DIY hingga saat ini (Januari- Maret) masih dalam masa "low season" atau musim sepi pengunjung. Hal itu ditandai dengan minimnya jumlah wisatawan mancanegara yakni mencapai 5-10 persen.
"Kalau pas 'high season' pada 2013 wisatawan mancanegara yang menyewa kamar hotel bisa mencapai 180 ribu. Kami perkirakan April 2014 akan kembali 'high season'" katanya.
Istijab mengatakan, perolehan okupansi pada Maret masih banyak didukung dengan masih adanya MICE (meetings, incentives, conferencing, exhibitions) dari beberapa kementerian dan perusahaan.
"Hingga kini MICE memang masih banyak memberikan kontribusi," katanya.
Sementara itu, menurut dia, PHRI DIY juga akan mulai menerapkan tarif 2014 pada April dengan menaikkan tarif sewa kamar hotel mulai 10-15 persen. Rencana penaikan tarif itu juga untuk mengantisipasi kemungkinan inflasi, serta kenaikan tarif dasar listrik (TDL) serta bahan bakar minyak (BBM).