Oleh: Rosita Budi Suryaningsih
Seniman Muslim modern, yaitu Emha Ainun Nadjib bersama kelompok musiknya, Kyai Kanjeng, kemudian membuat lagu-lagu nasyid tersebut kembali didengungkan ke telinga masyarakat Indonesia pada zaman modern.
Bahkan, penyanyi lagu pop religi bernama Opick kemudian memopulerkan lagu “Tombo Ati” ke dalam bahasa Indonesia. Lirik-lirik lagu tersebut benar-benar menyentuh dan membuat banyak masyarakat tergugah jiwanya.
Hal ini membuktikan bahwa dakwah melalui media seni ini efektif terbukti sejak dulu. Islam disebarkan dengan cara halus, sering kali tidak secara langsung dikenalkan, kemudian masuk ke keseharian masyarakat nusantara.
Islam disebarkan melalui gaya hidup, seni, juga perayaan yang membuat orang tertarik lebih dulu mengenal Islam, kemudian tahu apa itu Islam, dan percaya serta meneruskan kepada generasi selanjutnya.
Menurut Erick, seni seperti nasyid ini merupakan jalan yang sangat brilian untuk berdakwah. “Sunan Kalijaga bisa mengubah sesuatu yang mudharat menjadi manfaat,” ujarnya.
Dakwah seperti itu, menurutnya, bukan bid’ah. Para wali bisa mengubah kebiasaan masyarakat setempat, ritual dari ajaran sebelumnya, kemudian disisipi dengan doa-doa dan ajaran Islam. Ini yang terjadi pada ajaran tahlilan, yasinan yang juga melantunkan lagu-lagu nasyid melalui shalawatan, berzanji, dhiba’, dan lain sebagainya.
Dakwah melalui media seni seperti ini sudah ada sejak dulu dan mengakar di masyarakat Islam di Indonesia. Itulah yang membuat Islam di Indonesia itu unik, tak didapat di negara lainnya.
Namun, ketika orang-orang Arab yang sangat kuat dengan suatu aliran datang, mereka kemudian mengatakan media-media dakwah seperti ini bid’ah. Itu sangat disayangkan.
Sekitar 1980-an, musik nasyid sudah banyak dilantunkan secara akapela, yaitu tanpa instrumen musik, namun dengan musik yang dikeluarkan melalui mulut. Lantunan nasyid seperti ini biasanya hanya ditampilkan dalam forum-forum yang terbatas oleh aktivis dan pegiat gerakan Muslim muda di kampus dan sekolah.
Nasyid digunakan kala itu untuk mengobarkan semangat di kelompoknya karena yang dilantunkan merupakan syair yang bernuansa perjuangan fisabilillah (di jalan Allah).
Berbeda dengan era ‘90-an, saat itu nasyid mulai populer di masyarakat. Syair yang dilantunkan banyak yang berisikan tentang nasihat, kisah para nabi, serta puji-pujian kepada Allah SWT.