REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Mantan wakil presiden Jusuf Kalla hadir dalam acara Forum Ukhuwah Islamiyah Majelis Ulama Indonesia Menghadapi Pemilu Legislatif 2014 di gedung MUI Pusat Jakarta, Kamis (3/4).
Dalam pidatonya, JK menyatakan terdapat kesalahan di masyarakat dalam memandang perbedaan partai Islam.
"Kesalahan kita memandang partai Islam adalah (karena) membandingkan (menyamakan) partai Islam tahun 55 dengan yang sekarang," kata JK di depan forum yang dihadiri oleh Ketua MUI Din Syamsuddin, Pimpinan MUI lainnya, dan puluhan wakil ormas/lembaga Islam tingkat pusat.
Menurut JK, partai Islam dan nasionalis pada tahun itu (tahun 55) benar-benar berisikan pemimpin-pemimpin dan warga Muslim. Sementara, yang nasionalis benar-benar sekuler. Mereka tidak menyelenggarakan perayaan-perayaan dan kegiatan-kegiatan yang beraroma agama.
Dewasa ini, kata JK, tidak ada yang bisa mengklaim bahwa partai satu lebih Islami ketimbang lainnya. Sebab, semua partai kini sama-sama berkader dan berpemimpin Muslim dan juga merayakan hari-hari besar Islam.
"Bagaimana dulu Golkar sudah rayakan Maulid (Nabi) sementara PPP masih merencanakan," cerita JK disambut tawa hadirin. "Partai Golkar zaman saya, ketuanya mantan ketua HMI. Anas di Demokrat malah mantan ketua PB (HMI), ya walaupun kena masalah."
JK mengingatkan agar masyarakat jangan terpaku pada simbol agama partai dalam menentukan pilihan pada pemilu nanti. Sebab, disamping memang pada kegiatannya sudah tidak terlalu berbeda, partai apa pun sama-sama tidak lepas dari kasus kejahatan khususnya korupsi.
"Sekarang ini (partai-partai) makin mendekati satu sama lain. Tapi ingat, partai Islam, atau nasionalis sama saja. Sama-sama (belum bisa lepas) korupsinya," tawa para hadirin pun pecah mendengar ungkapan JK ini.