Sabtu 05 Apr 2014 13:15 WIB

KH Mas Mansyur, Pembakar Semangat Pemuda (1)

KH Mas Mansyur.
Foto: Foto.com
KH Mas Mansyur.

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih      

KH Mas Mansyur terlahir dari keluarga ulama. Ayahnya, KH Mas Achmad Marzoeqi, adalah ahli agama tersohor yang menjadi imam tetap dan khatib di Masjid Ampel, Surabaya. Ibunya, Raudhah, berasal dari keluarga Pesantren Sidoresmo, Wonokromo.

Lahir pada 25 Juni 1896 di Surabaya, masa kecilnya dihabiskan untuk belajar ilmu agama. Saat berusia 10 tahun, ia kemudian nyantri di Pondok Pesantren Demangan, Bangkalan, Madura.

Di sana, ia belajar mengkaji Alquran dan mendalami kitab Alfiyah bin Malik kepada Kiai Khalil. Ia kemudian menimba ilmu ke Makkah pada 1908 selama empat tahun.

Perjalanannya kemudian dilanjutkan ke Mesir, tepatnya ke Perguruan Tinggi Al-Azhar, ia belajar pada Syekh Ahmad Maskawih. Suasana Mesir saat itu sedang gencar-gencarnya membangun dan menumbuhkan semangat kebangkitan nasionalisme serta pembaruan.

Banyak tokoh setempat yang tampil untuk memupuk semangat rakyat Mesir, baik melalui media massa maupun pidato. Mas Mansyur memanfaatkan kondisi ini dengan membaca tulisan-tulisan yang tersebar di media massa dan mendengarkan pidato-pidato mereka. Ia tertarik dengan gerakan pembaru tersebut.

Pada 1915, ia pulang kembali ke Tanah Air. Ia pun kemudian bergabung dengan gerakan nasionalisme dan pembaru bangsanya sambil mengajar. Pilihannya jatuh pada Syarikat Islam (SI).

Dari pengalamannya menyaksikan gerakan pembaru di Makkah dan Mesir, ia banyak menuangkan ide-ide revolusionernya ke organisasi ini. Saat itu, SI dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto dan ia menjabat sebagai penasihat pengurus besarnya.

Ia juga membentuk majelis diskusi bersama Abdul Wahab Hasbullah yang diberi nama Taswir al-Afkar (Cakrawala Pemikiran). Majelis ini kemudian menginspirasi dibentuknya diskusi-diskusi intelektual Muslim serupa di daerah-daerah lain.

Ia juga banyak menelurkan karya tulisan yang berbobot. Ia menuangkan ide pembarunya melalui media massa, dari Suara Santri, Jinem, Kawan Kita, juga dimuat dalam majalah Siaran, Kentungan, Penganjur dan Islam Bergerak, Panji Islam, Pedoman Masyarakat, Adil, dan banyak lagi.

Ia juga menuliskan karyanya dalam bentuk buku seperti Hadis Nabawiyah, Syarat Syahnya Nikah, Risalah Tauhid dan Syirik, dan Adab al-Bahts wa al-Munadlarah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement