REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fuji Pratiwi
Bantuan untuk warga Gaza sementara dialihkan untuk pengungsi Palestina di Yordania dan Lebanon.
JAKARTA – Bangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza, Palestina sudah berdiri namun masih kosong. Belum ada alat-alat kesehatan yang mengisi rumah sakit, membuat fasilitas kesehatan bagi warga Palestina tersebut masih belum sepenuhnya beroperasi.
Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Joserizal Jurnalis mengatakan, saat ini sedang gencar menggalang dana untuk pengadaan alat kesehatan, seperti rontgen, MRI, kamar operasi, laboratorium, ICU, dan CT Scan.
Menurut Joserizal, MRI dan CT Scan termasuk alat penting yang mesti ada untuk memudahkan penanganan medis. Butuh dana sebesar Rp 65 miliar agar rumah sakit terisi alat kesehatan. Di sisi lain, perlu Rp 15 miliar sebagai dana operasional.
‘’Kami menargetkan setidaknya hingga akhir 2014, Rp 15 miliar dapat terkumpul agar RSI segera diserahkan kepada warga melalui pemerintah di Gaza,’’ kata Joserizal, Kamis (10/4). Rumah sakit ini hadiah dari rakyat Indonesia untuk mereka.
Joserizal menegaskan, MER-C tetap berusaha melengkapi alat kesehatan rumah sakit. Sampai sekarang, sekitar Rp 3 miliar dana bantuan terkumpul. Ia menuturkan, sebenarnya ada negara lain yang menawarkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit.
Namun tawaran itu ditolak karena MER-C ingin RSI benar-benar jadi pemberian rakyat Indonesi untuk rakyat Palestina. Rumah sakit ini berfungsi menangani trauma dan rehabilitasi fisik masyarakat laiknya rumah sakit pada umumnya.
Presidium MER-C Henry Hidayatullah menuturkan pemenuhan peralatan kesehatan rumah sakit dilakukan bertahap. Dana Rp 15 miliar yang ditargetkan tercapai akhir tahun ini pun masih di luar biaya operasional rumah sakit.
Melalui program penggalanan dana Rp 50 ribu per donatur dan momen Ramadhan mendatang, ia berharap RSI bisa beroperasi pertengahan 2014 ini. Menurut dia, dana tahap awal itu rencananya digunakan untuk membeli alat medis darurat, satu ruang bedah dan perawatan.
Warga Gaza memang meminta pula agar ada bantuan dana operasional rumah sakit. ‘’Kami tak bisa menjanjikan itu. Tapi kami sampaikan kepada mereka kami berupayakan melengkapi peralatan RSI,'' kata Henry.
Idealnya, ada bantuan operasional dalam kurun satu hingga dua tahun pada awal berfungsinya rumah sakit. Namun, jelas Henry, MER-C fokus menyelesaikan satu per satu program yang direncanakan sebelumnya.
Sampai Maret 2014, donasi yang berhasil digalang mencapai Rp 800 juta. Henry mengatakan, meski diserahkan ke pemerintah yang ada di Gaza, RSI tetap diawasi masyarakat. RSI di Gaza ini, pada prinsipnya merupakan rumah sakit untuk semua masyarakat Palestina.
Sebelumnya, ujar dia, masyarakat Gaza sering menduga warga Indonesia sebagai warga Malaysia atau Cina. Tapi sejak pembangunan RSI, nama Indonesia jadi identik dengan rumah sakit Gaza.
Kepala Humas Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP), Afwan Riyadi, menyambut baik adanya RSI. ‘’Semoga RSI bisa bermanfaat untuk masyarakat Gaza.’’ Sejauh ini, kata dia, KNRP belum memberikan bantuan bersifat jangka panjang.
Bantuan yang disalurkan ke mereka, disesuaikan kebutuhan. Seperti obat, pembangunan permukiman yang hancur, dan pendidikan temasuk beasiswa bagi anak-anak Palestina.
Sejak blokade Gaza oleh Mesir tiga bulan terakhir, KNRP belum mendapat kabar dari Gaza. Bantuan untuk warga Gaza, sementara dialihkan ke pengungsi Palestina yang ada di Yordania dan Lebanon.
Sekarang KNRP memprioritaskan penanganan pengungsi dalam bentuk penyaluran makanan dan obat-obatan. ‘’Kami memberikan bantuan yang sifatnya segera untuk warga Palestina,’’ kata Afwan.