REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat, Senin, mengomentari analisis Presiden Suriah, Bashar Al Assad, bahwa konflik pahit tersebut berubah menguntungkannya. Jubir Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki, mengatakan bahwa konflik itu telah menjadi "perang daya tahan."
"Analisis kami tetap pada apa yang terjadi bahwa ini adalah perang daya tahan dan tidak ada pihak yang mampu memberikan atau memperoleh keuntungan yang signifikan," kata Psaki.
Dia mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak akan memberikan informasi perkembangan di lapangan. ''Tentu saja upaya kami untuk terlibat dengan oposisi terus berlanjut,'' katanya.
Bashar, yang dikutip oleh kantor berita SANA, mengatakan pada Minggu bahwa pasukannya mendapatkan keuntungan dalam perang tiga tahun yang telah menewaskan lebih dari 150 orang itu.
"Ini adalah titik balik dalam krisis, baik secara militer dalam hal prestasi tentara dalam perang melawan teror, dan bidang sosial dalam hal proses rekonsiliasi nasional dan kesadaran akan kebenaran di balik (serangan) yang menargetkan negara," kata SANA mengutip pernyataan Bashar.
Psaki mengatakan bahwa wajar jika Bashar akan membuat pernyataan seperti itu. "Saya tidak berpikir itu adalah komentar yang sangat mengejutkan dari dia bahwa dia menang," tambahnya.