REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ferry Kisihandi
Uni Emirat Arab (UEA) mengubah hidup Gibran Hasnoui. Semula, saat mendarat di negeri tersebut pada 2010, warga negara Prancis mengaku hampir tak memiliki tujuan jelas. Saat itu, meski ia terlahir dari keluarga Muslim namun tak merasa akrab dengan agamanya.
Lambat laun, ada perubahan dalam dirinya. ‘’Di UEA, saya benar-benar bisa berinteraksi dengan Islam,’’ katanya seperti dikutip harian The National, Senin (14/4).
Ia yang bekerja di sebuah perusahaan di sana, bertemu Muslim lain dari berbagai negara yang sama-sama merantau. Melalui mereka, Hasnoui belajar lebih banyak tentang Islam.
Dan dari Dubai, salah satu kota di UEA, ia kemudian memulai langkah yang lebih besar lagi. Ia mengawali perjalanan keliling dunia menyambangi komunitas Muslim. Ia menyebutnya Muslim World Tour.
Ia mengawalinya dengan perjalanan ke Makkah. Ia bepergian ke sekitar 50 negara dengan cara backpacking selama kurun waktu lima tahun.
Biasanya, ia lebih memilih menginap di rumah keluarga Muslim di negara yang ia singgahi daripada di hotel.
Hasnoui mencatat, justru di negara-negara miskin ia memperoleh sambutan paling hangat.
Orang-orangnya juga paling ramah. Ia mendokumentasikan komunitas-komunitas Muslim yang dikunjungi dalam bentuk film.
Melalui film, ia memuaskan rasa ingin tahunya mengenai kehidupan Muslim di negara yang dikunjungi. Selain itu, film menjadi serangkaian kisah yang dapat ia tunjukkan kepada masyarakat di negaranya, Prancis, yang kadang masih berprasangka terhadap Islam.
Sekembalinya ke Prancis, Hasnoui semakin mantap untuk mengenalkan keberagaman Muslim. Dengan tujuan, menghapus citra negatif terhadap Islam dan pemeluknya.
Ia memperlihatkan film dokumenternya ke Muslim dan non-Muslim di Prancis serta Eropa. Hasnoui juga mempunyai pandangan sendiri mengenai Muslim di Prancis.
Mereka, kata dia, mampu berbaur dengan masyarakat di sekitarnya. Secara ekonomi, mereka pun cukup mapan. Ia menyayangkan gambaran selama ini yang menyatakan Muslim Prancis mengisolasi diri.
Tak hanya itu, Muslim sering diprovokasi dan masuk dalam skenario agar mereka dipandang sebagai ekstremis. Ia bersyukur mayoritas publik di Prancis tak terpancing untuk mengadili Muslim Prancis. Paling tidak, mereka bersikap netral.
Untuk memberikan gambaran beragam mengenai Muslim, kini Hasnoui menggelar festival film dokumenter mengenai kehidupan Muslim dengan sebutan Mokhtar Awards. Dia telah menerima 100 video amatir. Bukan hanya dari Prancis tetapi dari Maroko dan Malaysia.
Ia juga memperoleh dukungan dari pengusaha Muslim Prancis. Si pengusaha menyediakan hadiah bagi para pemenang. Di antaranya uang tunai, hadiah umrah ke Tanah Suci, dan perjalanan ke Istanbul, Turki.
Melalui Mokhtar Awards, Hasnoui berharap ada pergesaran pandangan lebih baik dari masyarakat dunia mengenai Islam. ‘’Jadi, nantinya Islam tak hanya dikenal karena istilah niqab, jihad, dan semacamnya,’’ katanya.