Sabtu 19 Apr 2014 21:25 WIB

Pengalaman Mahasiswa di Universitas Terbaik Australia

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Australia menjadi tujuan belajar bagi banyak orang dari seluruh dunia. Dari 39 universitas, delapan institusi dianggap terdepan terkait reputasi internasional dan kualitas penelitian. Lalu, apa keuntungan belajar di universitas terbaik itu dan apa perbedaan belajar di Melbourne, Sydney, dan kota di Australia lainnya?

Inilah pengalaman sejumlah mahasiswa international yang saat ini menuntut ilmu di Australia.

Joe Willie (Papua Nugini) - S2 manajemen konstruksi di University of Melbourne.
Joe Willie (Papua Nugini) - studi master manajemen konstruksi di University of Melbourne.
Foto : Bethany Keats
Joe Willie mengabdikan hidupnya kepada University of Melbourne dalam upaya meningkatkan kualifikasi dirinya di bidang konstruksi.

"Saya lulus sarjana dari Papua New Guinea University of Technology dan saya ingin mengembangkan karir di industri konstruksi," katanya.

Ia mengaku telah terlibat di berbagai macam kelompok komunitas kecil dalam hal sosialisasi dan pengembangan jaringan. "Sehari-harinya, saya mencoba untuk mengembangkan jaringan sebaik mungkin dengan siapa saja yang saya kenal, terutama di bidang saya dan orang-orang yang ramah," tambahnya.

Di kampus, Kata Willie, hal yang menarik adalah dapat bertemu dengan mahasiswa baru dan karena sebagian besar dari mereka adalah mahasiswa lokal dan yang lainnya adalah mahasiswa internasional.

"Jadi apapun yang kamu lakukan kamu harus mengenal budaya mereka, gaya hidup mereka, aksi mereka dan jenis makanan yang mereka makan. Terkadang, hal-hal tersebut bisa memberitahu siapa sebenarnya mereka ini dan siapa yang cocok berteman denganmu," jelasnya.
Skolastika Grahita Kirana (Indonesia) - S1 teknik mesin di University of Western Australia di Perth
Skolastika Grahita Kirana (Indonesia) mengejar gelar sarjana di University of Western Australia di Perth jurusan teknik mesin.
Foto: koleksi pribadi Skolastika Kirana
Perth merupakan salah satu kota paling terisolasi di Indonesia tapi kota tersebut masih menawarkan petualangan dan pengalaman unik, menurut Skolastika Kirana yang belajar teknik mesin.

"UWA (University of Western Australia) telah memberikan pengalaman hidup yang menarik selama saya tinggal di Australia. Tidak hanya saya belajar mengenai pengetahuan teknis terkait dengan studi saya, tapi saya juga mendapatkan cara bersosialisasi dan mengembangkan jaringan saya. Berada di UWA tidaklah semenakutkan yang banyak orang bayangkan."

"Beberapa anak-anak SMA bertanya pada saya apakah belajar di UWA itu semenakutkan dan sekeras yang mereka bayangkan. Jurusan yang saya ambil ini, beban studinya memang lumayan berat, tapi bukan berarti saya tidak dapat memiliki kehidupan diluar kampus.
"Kuliah saya diajarkan di kampus utama UWA di Crawley. Kampusnya besar sekali. Yang saya suka mengenai kampus ini adalah karena bangunannya tidak hanya terdiri dari beton tapi juga taman. Hal ini sangat menyenangkan karena kita butuh berjalan lumayan jauh dari satu kelas ke kelas lainnya," dia berkata.
Andrew Htay Reh (Myanmar) - S1 Commerce and Aero Space Engineering di Monash University, Melbourne
Andrew Htay Reh (Myanmar) sedang belajar Commerce and Aero Space Engineering di Monash University, Melbourne.
Foto: Koleksi pribadi Andrew Htay Reh
Andrew Htay Reh berusaha menyeimbangkan kehidupan sebagai mahasiswa dan pekerja paruh waktu disaat dia berusaha mengejar dua gelar sekaligus selama lima tahun.

"Sebenarnya saya masuk Melbourne University untuk belajar science tapi saya memilih jurusan yang ditawarkan Monash University jadi saya berubah pikiran. Saya pikir penting untuk memilih jurusan yang kamu inginkan. Di universitas mana sebenarnya tidak terlalu penting. Orang tuamu menginginkan kamu untuk melakukan sesuatu tapi lakukan apa yang kamu sukai. Saya tahu banyak orang ingin ke Melbourne University karena mereka hanya ingin pergi kesana. Saya, secara personal, mengganggap hal itu merupakan keputusan bodoh. Kamu belajar tentang hal yang tidak kamu inginkan. Dan akhirnya, kamu tidak merasa termotivasi dan selanjutnya kamu akan gagal.

"Program double degree butuh waktu lima tahun untuk selesai. Saya berada di kampus sekitar pukul 9 pagi sampai jam 6 sore setiap hari. Saya juga bekerja di McDonalds jadi saya selesai kuliah jam 6 sore dan mulai bekerja jam 7 malah dan selesai jam 11 malam. Saya biasanya sampai rumah pada waktu tengah malam. Jadi, saya biasanya berangkat mulai jam 8 pagi dan pulang jam 12 pagi. Pekerjaan saya paruh waktu tapi mereka berusaha memberikan saya jadwal kerja yang buruk. Saya berusaha mengubahnya tapi saya tidak bisa," ujarnya.
Guo Jia (China) - studi Masters of Arts di University of New South Wales
Guo Jia (China) mengejar gelar Masters of Arts di University of New South Wales
Foto: koleksi pribadi Guo Ji
Kreatifitas Guo Jia mengalir ketika dia mendalami kuliahnya mengenai seni di kota pelabuhan di Sydney.

"Saya belajar di the College of Fine Arts (COFA) di the University of New South Wales. Saya sedang menyelesaikan kuliah saya untuk meraih gelar Master di bidang seni dan jurusan saya adalah seni gambar. Saya sangat menikmati kehidupan saya sebagai mahasiswi di COFA. COFA tidak terletak di kompleks kampus utama UNSW tapi suasana disini lebih baik. Kampus COFA berada di salah satu daerah suburd yang paling trendi di Sydney, Paddington, dan jaraknya dekat dengan Oxford St yang padat dimana kamu bisa belanja dan makan.

"Saya memilih UNSW bukan karena dia adalah salah satu universitas terbaik di Australia, tapi juga karena lokasinya yang merupakan perpaduan kultur dari berbagai macam bangsa. Begitu banyak mahasiswa internasiona di UNSW. Sehingga, walaupun kamu mendapatkan pendidikan Australia, apa yang kamu serap sebenarnya berasal dari seluruh dunia. Hari Selasa adalah hari yang tersibuk dan terbahagia bagi saya. Saya akan berjalan menuju kampus setiap pagi, membeli perlengkapan seni dan berjalan ke ruang gambar. Saya akan pergi di sela-sela kuliah dan membeli segelas flat white, duduk di sebuah tangga dan menikmati segala suasananya sebelum kembali ke ruang kelas," tuturnya.
Chandarany Oouch (Kamboja) - studi PhD bidang ekonomi di Monash University, Melbourne
Chandarany Oouch (Kamboja) sedang mengejar gelar PhD di jurusan ekonomi di Monash University, Melbourne
Foto: Koleksi pribadi Chandrarany Ouch
Chandarany Oouch menargetkan untuk lulus dari Monash University dengan gelar Dr di depan namanya.

"Program PhD di Monash menawarkan beberapa pelatihan tambahan selain program riset, yang memungkinkan saya untuk memperkuat latar belakang ekonomi. Seminar dan program kunjungan dari Monash juga menyediakan kesempatan buat mahasiswa untuk bertemu dan belajar dari pakar ekonomi yang berbakat dari internal jurusan Ekonomi di Monash dan juga dari kampus terkenal di seluruh dunia. Yang lebih penting, saya memiliki akses untuk menemui supervisor dan staf pengajar lainnya di jurusan saya untuk mendiskusikan penelitian saya.

"Mereka memiliki komitmen yang kuat untuk membagi pengalaman dan keahlian mereka dan menyediakan dukungan finansial untuk penelitian saya. Saya juga menikmati fasilitas perpustakaan Monash. Saya memiliki akses untuk membaca penelitian terkini dan saya percaya mereka memiliki koleksi yang banyak mengenai Kamboja. Selain itu, program penghijauan Monash juga menginspirasi saya untuk berusaha lebih keras untuk mengadopsi gaya hidup yang ramah lingkungan," jelasnya.

Sean Li (China) - S1 jurusan Commerce di University of Sydney
Sean Li (China) belajar Bachelor of Commerce di University of Sydney.
Foto: Koleksi pribadi Sean Li
Untuk Sean Li, University of Sydney menyediakan lingkungan terbaik baginya untuk fokus pada studinya.
"Yang saya paling suka dari the University of Sydney adalah kondisi belajar yang dihadirkan oleh mahasiswa terbaik Sydney dan kondisi belajar uang unik juga ditawarkan oleh kampus ini. Kamu bisa melihatnya dari para mahasiswa yang belajar disetiap sudut kampus, di rumput, di dekat ruang kelas atau bersender di dinding. Dimanapun mereka berada, mereka selalu ditemani oleh buku atau dengan teman yang memiliki banyak pengetahuan. Meskipun saya muda dan sembrono, saya bertekad untuk menjadi mahasiswa yang belajar keras di seluruh kampus dan berencana belajar selama 24 jam penuh di ruang belajar di gedung Mereweather. Yang saya tidak duga adalah ruang belajar pada jam 10 malam tidak lebih sepi dari kehidupan malam di kota dengan banyaknya mahasiswa lain berdiskusi, tertawa, ngobrol seolah-olah mereka menyemangati yang lain dalam belar. Saya menyadari, bahwa di University of Sydney, selalu akan ada orang yang belajar lebih keras dari saya, dan lebih berkemauan keras dari saya."
"Selain menyediakan sumber daya pendidikan yang terbaik, University of Sydney juga menggunakan berbagai jaringan sosial untuk menawarkan mahasiswanya peluang pekerjaan. University of Sydney menyediakan kesempatan magang dan proyek sejenis lainnya di perusahaan-perusahaan besar di Australia, seperti Westpac, Commonwealth Bank, empat perusahaan akuntan terkenal dan supermarket seperti Coles dan Woolworth," ujarnya.
Nguyen Ngoc My Linh (Vietnam) - S1 jurusan International Hotel and Tourism Management di University of Queensland
Nguyen Ngoc My Linh (Vietnam) mengejar gelar sarjana di jurusan International Hotel and Tourism Management  di University of Queensland
My Linh (ditengah) dengan kedua temannya . Foto: Koleksi pribadi: Nguyen Ngoc My Linh
Di kota Queensland yang cerah Nguyen Ngoc My Linh menemukan dirinya tercerahkan oleh teori layanan terkait hotel dan restoran. "Universitas telah menjadi bagian yang penting dan menarik dalam hidup saya. Bagi saya, hal terbaik dari kehidupan kampus adalah mendapatkan pengetahun baru," katanya.
Hal ini terjadi ketika Linh diajarkan mengenai hal yang berbeda sekali mengenai pelayanan di bidang perhotelan dan restoran. Hal ini, katanya, membuatnya sadar bahwa ini bukan hanya tentang bagaimana mengelola hotel atau restoran tapi juga bagaimana memahami arti sesungguhnya bidang ini dari perspektif filosofis.
"Hal ini benar-benar membuka pikiran saya, mengajarkan saya untuk melihat dan memahami segala hal dari berbagai sudut pandang, yang saya tidak bisa lakukan waktu saya muda. Hal ini juga membuat saya menjadi sosok yang lebih perhatian, dan selalu terbuka untuk belajar hal baru, sekecil apapun. Dan saya sangat bahagia dengan diri saya sendiri saat ini," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement