Senin 21 Apr 2014 12:23 WIB

Sabahi Penantang Sisi di Pemilu Mesir

Rep: dessy saputri/ Red: Taufik Rachman
Jenderal Abdel Fatah Al Sisi
Foto: Aljazeera
Jenderal Abdel Fatah Al Sisi

REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO -- Tokoh dari partai oposisi sayap kiri Mesir, Hamdeen Sabahi, menjadi satu-satunya calon presiden penantang mantan kepala militer Abdel Fattah al-Sisi.

Dilansir dari BBC, Sabahi yang memperoleh peringkat ketiga dalam pemilu 2012 ini, mengumpulkan berkas registrasi pencalonannya sebagai presiden di hari terakhir pendaftaran.

Para pengamat pun menilai Sisi tetap menjadi calon yang paling kuat untuk memenangkan pemilu. Pemilu awal sendiri akan digelar pada 26 dan 27 Mei. Sisi sendiri dikenal telah memimpin penggulingan Presiden Islam Mohammed Morsi pada akhir Juli lalu setelah aksi protes besar-besaran dilakukan. Sedangkan, Sabahi yang telah menjadi aktivis oposisi sering kali ditahan oleh pemerintahan Mesir sebelumnya.

Partainya merupakan bagian dari aliansi antimursi yang dikenal sebagai National Salvation Front ( Front Penyelamat Nasional). Menurut tim kampanyenya, Sabahi mendapatkan 31.300 tanda tangan sebagai bentuk dukungan untuknya. Jumlah yang dibutuhkan untuk mendaftarkan diri sebagai calon presiden hanya 25 ribu dukungan. Sedangkan, menurut laporan Sisi memperoleh 200 ribu tanda tangan.

Dilansir dari Al-Ahram, Mohamed Bahaa Abou Shuqqa yang menjadi pengacara kampanye capres El-Sisi menyatakan meskipun mereka mampu mengumpulkan lebih dari 400 ribu dukungan, mereka memutuskan hanya mengumpulkan 200 ribu dukungan.

Sedangkan, juru bicara kampanye Sisi, Abdallah El-Moghazi mengatakan Sisi akan menyampaikan program-programnya segera. "Setelah kampanye pemilu resmi dimulai pada 3 Mei, El-Sisi akan menyampaikan visi dan misinya," katanya.

El-Sisi sendiri telah melakukan pertemuan dengan berbagai sektor masyarakat dalam beberapa pekan ini untuk menyampaikan pandangannya terkait masalah politik dan perekonomian Mesir.

Sebelum mencalonkan diri sebagai calon presiden Mesir, Sisi telah mengundurkan diri dari jabatan sebelumnya sebagai kepala militer pada Maret lalu. Pasalnya, hukum di Mesir tidak mengizinkan tentara mencalonkan diri sebagai presiden.

Di sisi lain, jika tidak ada kandidat yang berhasil meraih suara lebih dari 50 persen dalam putaran pertama pemilihan suara, maka akan digelar putaran kedua pada Juni. Jika Sisi benar-benar menjadi presiden, ia akan menjadi presiden terakhir yang memiliki latar belakang militer.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan otoritas yang didukung oleh militer akan berpengaruh pada meningkatnya permusuhan terhadap media independen dan lawan politik.

Sejak Mursi digulingkan, lebih dari 1.000 orang telah tewas dan ribuan anggota Ikhwanul Muslim lainnya telah ditahan oleh pemerintah sementara yang telah mencap kelompok tersebut sebagai kelompok teroris.

Sementara itu, tokoh lainnya seperti Mortada Mansour seorang pengacara serta penyiar televisi nasional Bothaina Kamel yang sebelumnya menyatakan akan mencalonkan diri sebagai presiden, telah gagal memenuhi persyaratan pendaftaran. Mansour sendiri memutuskan untuk menarik kembali rencana tersebut dan akan mendukung pencalonan Sisi.

Sedangkan, Kamel tidak berhasil mengumpulkan jumlah dukungan yang dibutuhkan. Komisi Pemilihan Umum presiden (PEC) dijadwalkan akan mengumumkan akhir dari tahap pemilu pertama pada Senin.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement