Oleh: Rosita Budi Suryaningsih
Antara teokrasi dan sekuler
Dua istilah yang tak pernah terlewatkan dalam topik hubungan antara agama dan negara ialah teokrasi dan sekuler.
Teokrasi adalah sebuah bentuk pemerintahan yang menjadikan prinsip-prinsip ketuhanan sebagai pedoman pemerintahan. Dalam negara teokrasi, prinsip-prinsip ketuhanan memegang peran utama.
Kata teokrasi berasal dari bahasa Yunani, theokratia. Theos artinya tuhan dan kratein memerintah. Teokrasi artinya pemerintahan oleh wakil tuhan. Teokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dijalankan berdasarkan prinsip ketuhanan.
Sedangkan, sekularisme sebaliknya. Justru, prinsip ini memisahkan urusan negara dengan agama.
Dalam Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern yang disusun John L Esposito, sekularisme bermakna “bukan agama”. Kata sekularisme berasal dari bahasa latin saeculum, yang awalnya berarti “masa” atau “generasi” dalam arti waktu temporal.
Kata ini kemudian meluas maknanya menjadi segala hal yang berhubungan dengan dunia, pembedaan dengan masalah spiritual yang tujuannya untuk mencapai surga.
Dalam bahasa Prancis, sekularisme disebut laicite yang makna aslinya adalah masyarakat biasa, mereka yang bukan kelompok pendeta.
Dalam bahasa Arab, tidak ditemukan kata yang persis dengan sekularisme. Pada abad ke-19 digunakan kata peyoratif dahriyah yang berarti materialistis atau ateis, orang yang percaya dengan keabadian dunia dan tidak percaya dengan spiritualitas. Akar dari kata ini adalah dahr yang artinya serupa dengan saeculum.
Umumnya, kini dalam bahasa Arab sekularisme disebut dengan ilmaniyah yang akar katanya merujuk pada sains dan ilmu pengetahuan serta yang kata turunannya paling dekat dengan makna dunia atau persoalan duniawi.