REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Tim penyelam Korea Selatan mengatakan, selalu berenang meskipun dalam keadaan gelap dan air yang sangat dingin untuk mencari tubuh anak-anak dengan tangan mereka langsung dengan masuk ke dalam kabin, koridor dan dek kapal yang tenggelam pada Rabu (16/4) lalu.
Para penyelam, dengan oksigen dan komunikasi yang seadanya, hanya bisa melihat dalam jarak pandang beberapa inci di depan mereka. “Kami selalu dilatih berada di lingkungan yang tidak bersahabat. Tapi sangat sulit untuk bersikap berani ketika kami bertemu mayat di air yang gelap,” kata salah satu penyelam, Hwang Dae-sik saat menghadiri pemakaman 25 siswa di ibukota Seoul, Rabu.
Seorang jaksa yang menyelidiki insiden kapal feri mengatakan, pihak kejaksaan telah menggerebek rumah pemilik Chonghaejin Marine Co Ltd, Yoo Byung-un. Perusahaan yang terletak di Incheon itu adalah perusahaan yang mengoperasikan feri Sewol. “Kami juga menggeledah rumah anaknya dan kantor gereja yang terkait dengan Yoo,” kata seorang jaksa yang tidak mau disebutkan namanya, Rabu (23/4).
Kapal Sewol tenggelam pada Rabu pekan lalu dalam perjalanan dari pelabuhan Incheon menuju ke pulau Jeju. Kapal ini membawa 476 penumpang termasuk awak kapal, 399 di antaranya adalah siswa SMA. Hanya 174 orang yang berhasil diselamatkan. Jumlah korban tewas pada Rabu mencapai 146 korban. Korban banyak ditemukan di bagian belakang dek kapal di lantai empat. Sebagian besar korban adalah anak-anak SMA, yang diberitahu untuk tinggal dalam kabin dengan alasan untuk keselamatan mereka sendiri.
“Kami harus menyentuh segala sesuatu dengan tangan kita. Ini adalah pekerjaan yang paling melelahkan dan menyedihkan selama saya berkarir,” lanjut Hwang.