Oleh: Syahruddin El-Fikri
Filsafat memiliki komitmen intelektual untuk mengatasi problem peradaban kontemporer.
Agama Islam memiliki ajaran yang sempurna dan lengkap. Berbagai permasalahan, baik keagamaan ataupun kemasyarakatan, bisa ditemukan dalam Alquran maupun hadis Rasulullah SAW.
Sesuatu yang belum dibicarakan dalam kedua sumber hukum Islam tersebut merupa kan tantangan bagi umat Islam untuk menggalinya lebih mendalam. Seperti ilmu kedokteran, matematika, teknologi, dan lainnya.
Lalu, bagaimana dengan filsafat? Banyak pihak yang menganggap, bahwa ilmu filsafat dalam Islam lahir dari upaya serius yang dilakukan oleh Abu Yusuf Ya'kub Al-Kindi. Al-Kindi banyak menyunting dan menerjemahkan buku-buku karya para filosof ter kenal Yunani, seperti Aristoteles, ke dalam bahasa Arab.
Dengan pengua sa an ilmu bahasa yang mumpuni, membuat karya dan hasil terjemahan Al-Kindi menjadi sangat bernilai dan dikenal sebagai karya terjemahan yang paling akurat dan prestisius. Kemudian, muncul pula filosof Islam lainnya, seperti Al-Biruni, Ibnu Sina, Al-Razi, serta Al-Tusi.
Filsafat sebenarnya bukanlah barang baru dalam khazanah Islam. Ia bisa dikenali lewat sistem dan cara berpikir yang rasional dan bertanggung jawab melalui ayat-ayat Alquran dan sunnah Rasul.
Filsafat berasal dari bahasa Arab: falsafah, falasifah, failasuf, dari isim masdar yang memiliki makna hikmah, bijak, dan disandarkan pada kaidah aqliyah yang meliputi ilmu Sharaf, Maani, Bayan, Badi', Arudz, Tafsir, Hadis, Fiqh, dan Usul Fiqih.
Seperti Aristoteles, para filosof Muslim kemudian membagi filsafat menjadi dua kategori, yaitu Falsafah Nadzari (Ilahiyah) yang berbicara tentang wujud dan eksistensi serta Falsafah Amali (Insani) yang membincangkan kesalehan dan perilaku sosial.