REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Seorang peneliti asal Queensland, Australia berhasil menemukan cara untuk menidurkan sel imun atau kekebalan tubuh selama pasien kanker melakukan kemoterapi. Termasuk untuk membangunkan sel imun tubuh kembali ketika diperlukan untuk melawan infeksi.
Dengan temuan ini, peneliti diharapkan mampu secara dramatis menyembuhkan penderitaan jutaan pasien kemoterapi. Diharapkan uji coba pengobatan ini sudah dapat dilakukan pada awal tahun ini.
Pasien kemoterapi di Brisbane, Robert Simpson mengatakan dia berjuang melawan maag dan infeksi lain setiap habis melakukan kemoterapi untuk mengobati kanker limfoma non–hodgkins yang dideritanya.
"Temuan ini akan sangat fantastis bagi banyak pasien kanker dan orang seperti saya karena bantuan dalam bentuk apapun yang bisa mengurangi stres pasca melakukan kemoterapi akan sangat membantu meningkatkan peluang kami untuk berhasil melawan kanker,” kata Simpson, baru-baru ini.
“Ini merupakan temuan yang akan membantu – bukan saya mungkin – tapi akan membantu menolong banyak pasien kanker seperti saya dan orang lain yang menghadapi kasus yang lebih parah dari saya,” tambahnya.
Associate Professor, Ingrid Winkler, seorang peneliti di Rumah Sakit Mater Brisbane, mengatakan dengan keberuntungan metode ini sudah akan tersedia di seluruh dunia dalam waktu lima tahun.
"Saya memiliki beberapa paten mengenai metode ini sekarang dan ada beberapa perusahaan yang tertarik untuk mengembangkannya di AS," katanya.
Winkler mengatakan metode ini merupakan bantuan khusus bagi pasien yang memerlukan kemoterapi dosis tinggi untuk penyakit kanker seperti leukemia, karena infeksi yang mereka alami pasca melakukan kemoterapi dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
"Antagonis dari sel imun ini akan menghasilkan pemulihan yang lebih cepat dari darah dan sistem kekebalan tubuh setelah setiap kali pasien mendapatkan giliran kemoterapi dan metode ini dapat diterapkan untuk semua jenis kanker yang berbeda," katanya.
Profesor Andrew Perkins, seorang ahli biologi sel induk dan hematologi di rumah sakit Princess Alexandra Brisbane, juga telah bekerja mengaplikasikan klinis obat tersebut.
"Saya pikir metode ini akan membuat perbedaan besar bagi pasien kemoterapi dosis tinggi, seperti terlihat pada percobaan tahap pertama obat ini yang melibatkan lebih dari 30 orang pasien leukemia akut yang kambuh di Brisbane," katanya.
Dia mengatakan obat ini dapat melindungi sel-sel induk normal di tulang sumsum, yang dikenal sebagai sel induk haematopoietic, yang ikut diracuni oleh putaran berulang kemoterapi.
Dia mengatakan sejak metode ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Medicine pada awal 2012 sudah banyak perusahaan yang berminat dengan obat ini.
Namun diakuinya saat ini masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan, kemoterapi jenis ini juga sudah diterapkan pada hewan percobaan untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk memberikan obat baru ini.