REPUBLIKA.CO.ID, PAINAN, SUMBAR -- Sebanyak 250 kepala keluarga t Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, memanfaatkan kotoran sapi sebagai energi alternatif untuk memasak berbagai makanan dan alat penerangan rumah tangga.
Muaslim (45), warga Painan, Kamis, mengatakan memanfaatkan kotoran ternak sebagai bahan energi alternatif tersebut untuk kebutuhan rumah tangganya sudah berjalan sejak tiga tahun terakhir.
Awalnya perlakuan itu hanya dilakukan oleh beberapa kepala keluarga di daerah itu. Namun setelah sekitar sebulan berjalan, berkembang ke beberapa keluarga lainnya hingga kini jumlahnya mencapai 80 kepala keluarga khususnya di Nagari (desa adat) Amping Parak, Kecamatan Sutera kabupaten itu.
Tidak saja itu, bahkan saat ini sudah berkembang kebeberapa nagari lainnya dengan jumlahnya mencapai 250 kepala keluarga. Menurutnya, untuk pengolahan kotoran ternak menjadi energi alternatif tersebut pihaknya memanfaatkan tiga ekor ternak sapi.
Untuk sapi sebanyak tiga ekor tersebut dapat menghasilkan kotoran penghasil energi (api) untuk memasak selama 2,5 jam secara terus menerus dengan satu kompor bio gas.
Sisa kotoran sapi dari proses biogas dapat digunakan sebagai pupuk (kompos) berbagai jenis tanaman, baik padi sawah ataupun tanaman lainnya.
Sementara Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Nagari, Perempuan, Keluarga Berencana (KB) Pesisir Selatan, Mawardi Roska, mengatakan, pada awalnya, dalam proses pembentukan kotoran sapi menjadi bio gas hingga mengeluarkan energi alternatif tersebut, masyarakat pemanfaat dibantu oleh pemerintah melalui progam nasional pemberdayaan masyarakat mandiri Pedesaan (PNPM MP).
"Kotoran sapi yang selama ini hanya terbuang begitu saja hingga menimbulkan pencemaran lingkungan, kini telah mampu menyiasati mahalnya bahan bahan bakar minyak (BBM) khususnya minyak tanah, " katanya.
Jika diamati, dengan teknologi pemanfaatan kotoran sapi itu setidaknya telah mampu menekan biaya pengeluaran bagi masyarakat setiap harinya dibanding penggunaan minyak tanah dan bahan bakar lainnya untuk memasak di rumahtangga.
Hingga kini sekitar 62,51 persen dari 125.488 rumah tangga di kabupaten itu masih menggunakan energi yang berasal dari minyak tanah dan kayu bakar untuk memasak. Maka itu pemanfaatan kotoran sapi sangat diperlukan menjadi alternatif.