Senin 28 Apr 2014 09:19 WIB
Penjualan Panas Bumi

PLN dan Pertamina Sepakat Harga Panas Bumi

Pembangkit listrik panas bumi atau geothermal
Pembangkit listrik panas bumi atau geothermal

REPUBLIKA.CO.ID, Aldian Wahyu Ramadhan

JAKARTA -- PT PLN (Persero) dan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) --anak perusahaan PT Pertamina (Persero)-- menandatangani head of agreement (HoA) perubahan harga dasar uap panas bumi dan tenaga listrik untuk beberapa lokasi pusat listrik tenaga panas bumi (PLTP).

Penandatanganan dilakukan Direktur Utama PLN, Nur Pamudji, dan Direktur Utama PGE, Rony Gunawan. Nur Pamudji menerangkan, dalam HoA menyebutkan untuk harga beli uap saja di lokasi Sungai Penuh dan Hululais disepakati harganya tujuh sen dolar AS per kWh.

Harga untuk sisi hilir jual beli listrik antara kedua belah pihak disepakati antara 8,4 sen dolar AS-11,6 sen dolar AS per kWh. ''Untuk lokasi yang sudah dikembangkan maka harganya lebih rendah, dan untuk lokasi baru harganya tentu lebih mahal,'' ujar dia di Jakarta, akhir pekan kemarin.

Nur mengatakan, lokasi-lokasi PLTP tersebut, pertama, PLTP Sungai Penuh berkapasitas 2x55 megawatt (mw) di Jambi. Kedua, PLTP Hululais (2x55 mw) di Bengkulu.

Ketiga, PLTP Kotamobagu (4x20 mw) di Sulawesi Utara. Keempat, PLTP Lumut Balai (4x55 mw) di Sumatera Selatan. Kelima, PLTP Ulubelu (2x55 mw) di Lampung. Keenam, PLTP Kamojang (1x30 mw) di Jawa barat. Ketujuh, PLTP Karaha (1x30 mw) di Jawa barat. Kedelapan, PLTP Lahendong (2x20 mw) di Sulawesi Utara.

Sementara, pengamat energi Kurtubi meminta kepada Direksi PT Pertamina untuk segera menjalankan Proyek Langit Biru Kilang Cilacap (PLBC), Jawa Tengah.

PLBC merupakan salah satu proyek strategis yang mampu meningkatkan produksi Bahan Bakar Minyak (BBM) oktan tinggi setara Pertamax dan mengurangi ketergantungan impor BBM. "Proyek kilang ini jauh lebih murah ketimbang membangun kilang baru. Pertamina harus cepat menyelesaikan proyek ini karena berkontribusi untuk menekan ketergantungan produk BBM dari luar negeri," kata Kurtubi di Jakarta, Ahad (27/4).

Hingga kini, PLBC belum berjalan karena ada kendala teknis pada tender proyek tersebut. Pertamina diketahui menaikkan interest rate of return/IRR (tingkat pengembalian modal) lelang PLBC dari 10 persen menjadi 14 persen untuk meningkatkan efisiensi proyek.

Tender PLBC dibuka 12 April 2013 yang diikuti 13 perusahaan terdiri dari 6 nasional dan tujuh dari asing. PLBC mencakup pekerjaan revamping platforming unit dengan kapasitas 18,6 ribu barel per hari dan pembangunan isomerization berkapasitas 21,5 ribu barel per hari.

Selain PLBC, Kilang Cilacap juga tengah berjalan pembangunan residual fluid catalytic cracking (RFCC) yang groundbreaking-nya dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada akhir 2011. n antara ed: zaky al hamzah

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement