REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Provinsi Riau bakal menjadi sumber lumbung bioenergi listrik terbesar se-Sumatra. Hingga diperkirakan dapat mensuplai kebutuhan energi listrik ke Pulau Jawa dan negara tetangga.
"Posisi ini bakal bisa diwujudkan karena didukung oleh sumber bahan baku limbah cair dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Provinsi Riau yang besar," kata Kepala Dinas Perkebunan Riau Zulher ketika mewakili Gubernur Riau, ketika membuka peluncuran Riau Research Energy Centre (RiREC) dan Biomass Energy Clearing House, di Pekanbaru, Selasa (30/4).
Kegiatan tersebut juga diikuti oleh Rektor UIN Suska, Prof. DR. hm. Nazir Karim, , Deputi Direktur Bioenergi dan Energi Terbarukan Kemen ESDM, Agus Saptono, Pewakilan Kedutaan Finlandia Indira Nurtanti, Koordinator EEP Indonesia Nasrullah Salim, Kepala Energy Research (Enreach) UIN Suska Riau Kunaifi, dan lainnya.
Zulher menyebutkan, Riau saat ini memiliki kebun kelapa sawit seluas 2,3 juta hektare dari 8 juta hektare luas perkebunan kelapa sawit nasional. "Dari 2,3 juta hektare lahan kelapa sawit tersebut akan diolah oleh 146 PKS dengan kapasitas total sebesar 6.137 ton TBS per jam yang akan menghasilkan produksi CPO 20,8 juta ton,"katanya.
Dari proses produksi TBS hingga 6.137 ton TBS per jam maka listrik dapat diproduksi sebanyak 906 MW dari serat dan cangkang, selain itu sekitar 112 MW dari limbah cair (biogas).
Jika ditotalkan maka industri kelapa sawit di Riau dapat menghasilkan 1.018 MW. Angka-angka ini menunjukkan bukti betapa besarnya kontribusi Provinsi Riau dalam pengembangan energi terbarukan ke depan.
"Untuk ini, Riau dapat menjadi penyumbang energi listrik terbesar di Sumatra," katanya dan menambahkan bandingkan kemampuan PLTA Koto Panjang yang hanya mampu memproduksi listrik sebesar 115 MW yang dapat mengaliri listrik di Riau dan Sumbar.
Apalagi kalau sumber bahan baku dari industri kelapa sawit ini dapat menghasilkan 1.018 MW nantinya. Maka Riau dapat mengekspor listrik hingga ke luar negeri," katanya.